Kasidah Burdah merupakan nilai-nilai masyarakat yang pernah hidup di masa lampau, masih relevan bagi hidup masa kini dan masa depan. Secara khusus, ia menjadi modal utama dalam rangka pembangunan budaya bangsa, melalui pengenalan, pemahaman dan penghayatan terhadap Kasidah Burdah.
Sebagaimana ditegaskan Drs Fadlil Munawwar Manshur MS, bahwa produk-produk masa lampau, seperti Kasidah Burdah, masih memiliki relevansi tinggi pada kehidupan masa kini dan masa depan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk menumbuhkembangkan kemampuan masyarakat, terutama masyarakat akademi, dalam mengangkat nilai-nilai warisan budaya lama dan mentransformasikannya dalam kehidupan masa kini dan sekaligus mempersiapkannya bagi masa depan bangsa.
Dosen Jurusan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya UGM menyampaikan hal tersebut saat ujian doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, Senin, (5/2). Promovendus mempertahankan desertasi berjudul “Kasidah Burdah Al-Bushiry dan Popularitasnya Dalam Berbagai Tradisi: Suntingan Teks, Terjemahan dan Telaah Resepsi†dengan bertindak selaku promoter Prof Dr Siti Chamamah Soeratno dan ko-promotor Prof Dr Rachmat Djoko Pradopo.
Kata Fadlil, terkait upaya mengangkat nilai-nilai warisan budaya masa lampau di masyarakat pesantren, khususnya di Jawa Barat, Kasidah Burdah sebagai produk masa lampau tetap memiliki relevansi. Bahwa teks transformasi Kasidah Burdah dalam bentuk terjemahan dan komentar, memuat catatan tentang sistim nilai budaya luhur yang telah berkembang dan mendapat dukungan masyarakat pesantren. Khususnya masyarakat pesantren di Jawa Barat.
“Melalui teks Kasidah Burdah nilai-nilai budaya luhur dapat ditransformasikan oleh generasi satu kepada generasi yang lain,†ujar Fadlil.
Melalui catatan yang terkadung dalam teks terjemahan Kasidah Burdah, kata Fadlil, dapat diteladani berbagai nilai budaya luhur masyarakat pesantren di Jawa Barat, yang kemudian ditumbuhkembangkan bagi pengayaan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Menurutnya, teks terjemahan Kasidah Burdah termasuk satu diantara hasil cipta, dan rasa bangsa Indonesia khususnya yang ada pada masyarakat pesantren di Jawa Barat. Teks transformasi ini memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri, karena dicipta dan disambut dilingkungan pesantren. Tentu, menjadi fenomena sejarah dan peradaban masyarakat Sunda yang patut dihargai para pecinta budaya.
“Sebagai produk budaya masa lampau, teks Kasidah Burdah berfungsi pula untuk membangun kohesivitas dan solidaritas sosial dalam kehidupan keluarga bangsa Indonesia pada umumnya, dan dalam pergaulan kebersamaan masyarakat yang hidup di pesantren-pesantren Sunda pada khususnya,†tandas suami Hany Herlina Permata Juwita Sag, ayah empat putera.
Setelah mempertahankan desertasinya, pria kelahiran Tasikmalaya 13 Februari 1960 ini, dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude dan meraih gelar doktor Bidang Ilmu Sastra dari UGM (Humas UGM).