Mengutip pendapat Suhartiningsih (2005), di Indonesia defisiensi Fe menyebabkan penurunan produktivitas kaum pekerja, yang berakibat kerugian yang mencapai Rp 8,9 trilyun per tahun. Meski, berakibat pada penurunan kualitas SDM dan daya saing negara, sulit bagi pemerintah untuk memberikan perhatian guna mengatasi permasalahan ini.
Demikian disampaikan Prof Dr Ir Didik Indradewa Dip Agr St, saat mengucap pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Fakultas Pertanian UGM, di Balai Senat, Senin, (12/2).
Banyaknya permasalahan yang dihadapi bangsa termasuk di bidang pertanian dan pangan, kata Prof Didik Indradewa, lebih terlihat pada permasalahan ketersediaan beras yang tidak mencukupi, kerawanan pangan dan gizi buruk. “Meski, berdampak bagi banyak manusia, defisiensi nutrisi mikro, belum juga mendapat perhatian yang memadai,†ungkapnya dalam pidato berjudul “Peran Pertanian Dalam Menanggulangi Defisiensi Nutrisi Mikro di Masyarakatâ€.
Saat ini, para peneliti pertanian di Indonesia telah menghasilkan genotipe padi dengan kandungan Fe dan Zn tinggi di Balitpa dan BB Biogen, dan koleksi plasmanutfah padi lokal di Balitra. “Ini merupakan langkah awal yang bagus. Meski begitu, belum bisa diartikan pertanian telah ikut menyelesaikan masalah defisiensi nutrisi mikro,†tambah pria kelahiran Kudus, 19 Maret 1954 ini.
Varietas kaya nutrisi mikro, kata Prof Didik Indradewa, mestinya bisa diterima secara luas baik oleh petani maupun konsumen. Sebagaimana, pada varietas IR 64 yang legendaris.
Selain menggunakan pendekatan varietas yang mampu beradaptasi luas seperti IR 64, menurut Kepala Lembaga Studi Lahan Kering Unit Rimbobujang tahun 1979 ini, dapat pula digunakan pendekatan varietas spesifik lokal. Seperti varietas lokal koleksi Balitra.
“Apabila varietas-varietas kaya nutrisi mikro tersebut dapat tersebar luas baik secara lokal maupun nasional, maka tanpa campur tangan pemerintah yang terlalu banyak, masyarakat tentu akan banyak mengkonsumsi beras dan defisiensi nutrisi mikro di Indonesia dapat dikurangi,†tandas suami Ir Nur Indah Fatmiarti.
Namun, jika varietas-varietas yang dihasilkan belum dapat diterima masyarakat, maka diperlukan kerja keras guna membentuk kerjasama para ahli di berbagai bidang, antara lain peneliti pertanian, pengolahan hasil pertanian, gizi dan kesehatan masyarakat, sosiologi, ilmu politik, ekonomi, petani, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, agar padi dan bahan pokok lain yang kaya nutrisi dapat diterima masyarakat. “Peran insan pertanian sangat ditunggu, untuk menjadi pelopor dalam mengatasi defisiensi nutrisi mikro, agar daya saing negara secara global menjadi lebih baik di waktu-waktu mendatang,†tukas Ketua Pusat Kajian Pertanian Organik Fakultas Pertanian UGM. (Humas UGM).