Pemerintah melalui Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, memperpanjang status darurat Gunung Agung sampai dengan 26 Oktober 2017 karena berbagai pertimbangan, termasuk status yg masih Awas.
Merespons hal tersebut, Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ali Agus, telah menginisiasi pembukaan posko bersama (UGM, Unud, ISPI, Gapuspindo, Persepsi, AINI, FPPTPI) untuk membantu pemerintah dalam penyelamatan ternak Gunung Agung. Selain itu, juga untuk memberikan arahan agar segala sesuatu yang terkait dengan aktivitas penyelamatan ternak perlu dilakukan penyesuaian.
“Aktivitas dapat dikembangkan dalam aksi yang dapat berfungsi investasi jangka panjang dan nafas rescue bertahan lebih lama,”kata Ali, Rabu (18/10).
Senada dengan itu, Bambang Suwignyo, Ph.D., selaku koordinator posko menyampaikan bahwa bentuk penyesuaian aktivitas di posko adalah adanya aktivitas edukasi. Relawan posko yang terdiri atas mahasiswa Fakultas Peternakan UGM tetap berkoordinasi dan berkolaborasi dengan satgas ternak BNPB dalam hal evakuasi ternak di posko-posko yangg disediakan. Selain itu, juga berkolaborasi dengan Universitas Udayana untuk mempersiapkan stok pakan agar dapat disimpan dalam waktu lama, yaitu membuat pakan fermentasi dan pakan komplet.
“Kita ikut menyiapkan pakan ternak komplet (complete feed) atau yang juga dikenal sebagai burger pakan ternak, berbasis jerami padi untuk ternak-ternak terdampak aktivitas Gunung Agung,”imbuh Bambang.
Pemilihan pakan ternak komplet, kata Bambang, karena jenis teknologi pakan ini lebih praktis, sudah diuji palatabilitasnya, kandungan nutrisinya baik, serta biayanya terjangkau. Sedangkan pakan fermentasi dapat mengurangi potensi kerusakan pakan akibat penyimpanan yang lama.
Dalam kegiatan ini relawan UGM berkolaborasi baik dengan dosen maupun mahasiswa Universitas Udayana. Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan. Pakan difermentasikan di dalam kantong plastik agar mudah dimobilisasi untuk persediaan pakan ternak pada daerah-daerah terdampak darurat. Pusat produksi dilaksanakan di posko bersama di Desa Ngis, Kecamatan Karangasem. Cara dan teknologi tersebut dipilih dan dilakukan berkat dari pengalaman yang pernah didapat ketika erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010.
“Ke depan fermentasi akan dilakukan di lokasi kandang ternak dengan melibatkan peternak,”katanya.
Dalam kesempatan ini, Fakultas Peternakan UGM mengirim logistik berupa probiotik untuk mengolah pakan fermentasi dan juga premik mineral serta suplemen anti stress. Diungkapkan Bambang, dengan melibatkan peternak dalam pembuatan burger pakan diharapkan dapat menjadi wahana berbagi pengetahuan kepada peternak sehingga bisa dibuat sendiri dan mencegah mereka masuk daerah bahaya untuk mencari pakan. Selain itu, dengan mengikuti kegiatan diharapkan mampu memecah kejenuhan peternak dalam pengungsian.
” Harapannya aktivitas edukasi dalam pengolahan pakan ini menjadi 3 in 1 aktivitas, yaitu pertolongan ternak, menyediakan pakan, dan pengurangan risiko bencana,”tutur Bambang. (Humas UGM/Satria)