Konsep Martabat Pitu memberikan pengaruh terhadap penguatan budaya Cirebon terutama dalam peningkatan kualitas manusia Cirebon sebagai pelaku kebudayaaan.
“Konsep martabat pitu dalam konteks Cirebon dapat menjadi elemen dasar bagi penguatan budaya Cirebon, khsususnya yang berkaitan dengan pelaku dan subjek kebudyaan Cirebon yaitu manusia Cirebon,” kata Dosen IAI Bunga Bangsa Cirebon, Iffan Ahmad Gufron, S.Fil.I.,M.Phil., saat menjalani ujian terbuka program doktor di Fakultas Filsafat UGM, Rabu (8/11).
Dalam kesempatan itu, Iffan mempertahankan disertasi berjudul Makna Martabat Pitu Dalam Perspektif Filsafat Wujudiyah Ibnu ‘Arabi; Pengaruhnya Bagi Penguatan Budaya Cirebon. Berlaku sebagai promotor Prof. Drs. M. Mukhtasar Syamsuddin, M.Hum.,Ph.D., dan ko-promotor Dr. Arqom kuswanjono.
Iffan menjelaskan makna martabat pitu dalam budaya Cirebon menjadi dasar kosmologis yang diyakini oleh masyarakat Cirebon, terutama berkaitan dengan konsep penciptaan alam dan manusia. Dalam perspektif filsafat wujudiyah Ibnu ‘Arabi, martabat pitu merupakan pengembangan dan penafsiran ulang dari konsep tajalli (penampakan diri) Tuhan yang meliputi tiga martabat (tahapan), yaitu martabat ahadiyah, martabat wahidiyah, dan martabat tajalli syuhudi.
Selanjutnya, konsep tersebut diperinci menjadi tujuh martabat dalam martabat pitu, yakni martabat ahadiyah, martabat wahdah, martabat wahidiyah, martabat alam arwah, martabat alam mitsal, martabal alam ajsam, dan martabat insan kamil.
“Konsep martabat pitu ini menjadi acuan dalam mewujudkan manusia yang sempurna (insan kamil) dan ini terlihat dalam upacara-upacara kelahiran dan ruwatan, simbol-simbol budaya Cirebon, serta ajaran tarekat Syatariyah di kalangan Keraton dan pesantren,”urainya.
Seluruh simbol-simbol budaya, tarian, dan tradisi yang berkembang di Cirebon, lanjutnya, berhubungan dengan konsepsi alam dan manusia. Konsepsi tersebut terutama menyangkut proses taraqqi atau proses menjadi manusia yang sempurna.
Iffan menyebutkan martabat pitu sebagai sistem sosial yang tergambar pada aktivitas masyarakat menjadikannya memiliki peran signifikan bagi pemaknaan budaya yang sesuai dengan filosofi orang Cirebon. Oleh sebab itu, berbagai wujud kebudayaan yang ada layak untuk dipertahankan dan dilestarikan dalam konteks penguatan budaya Cirebon.
“Wujud-wujud kebudayaan tersebut patut dipertahankan dan dilestarikan demi terwujudnya insan-insan kamil di Cirebon,”ujarnya. (Humas UGM/Ika)