Intensitas kegiatan lalu lintas yang terjadi di Indonesia dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Kondisi tersebut telah membawa kondisi yang sangat berbeda ketika disusunnya Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) di tahun 1990-an.
Berbagai parameter analisis yang dihasilkan MKJI pun mengalami perubahan dari waktu ke waktu dan dari lokasi ke lokasi. Terbukti, sering terjadi perbedaan keluaran hasil analisis kinerja lalu lintas menggunakan MKJI tahun 1997 dengan kondisi karakteristik lalu lintas yang ada di lapangan.
“MKJI disusun berdasarkan data arus lalu lintas mulai tahun 1990 hingga 1994, dengan jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar 132 juta kendaraan, komposisi sepeda motor sebesar 39,57 persen dan panjang jalan nasional 327.000 km,” ujar Ocky Soelistyo Pribadi, di Sekolah Pascasarjana UGM, Jumat (10/11) saat menempuh ujian terbuka program doktor.
Ocky menyebutkan hingga penelitian dilakukan Iskandar tahun 2011, jumlah kendaraan bermotor terus mengalami perkembangan mencapai 430 juta, dengan komposisi sepeda motor sebesar 70 persen dan panjang jalan nasional 737.700 km. Hal tersebut menunjukkan peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebesar 226 persen, dengan komposisi sepeda motor 77 persen dan panjang jalan nasional 34 persen.
“Adanya peningkatan tersebut menjadi tanda bahwa karakteristik lalu lintas Indonesia mengalami perubahan dari kondisi tahun 90-an ke masa-masa berikutnya. Hal itu juga menunjukkan adanya perubahan nilai ekuivalen kendaraan ringan dan peningkatan nilai kapasitas dasar jalan perkotaan,” ujar pegawai di Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan.
Mempertahankan disertasi Pengkinian Manual kapasitas Jalan Indonesia Segmen Jalan Perkotaan Dengan Traffic Microsimulation, Ocky mengungkapkan pada saat MKJI disusun jenis kendaraan yang mendominasi komposisi lalu lintas adalah kendaraan ringan dan untuk kondisi terkini berganti dengan sepeda motor. Sementara pernyataan MKJI berupa kota yang lebih kecil menunjukkan perilaku pengemudi yang kurang gesit dan kendaraan kurang modern yang menyebabkan kapasitas dan kecepatan lebih rendah pada arus tertentu.
“Jika dibandingkan dengan kota yang lebih besar ternyata tidak berkorelasi dengan hasil analisis kecepatan rata-rata untuk data penelitian, dan diketahui bahwa kecepatan rata-rata tertinggi terjadi di kelas kota kecil. Dengan begitu maka besaran nilai normal komposisi lalu lintas dalam MKJI telah mengalami perubahan,” paparnya.
Oleh karena itu, kata Ocky, diperlukan analisis parameter traffic microsimulation pada software vissim agar sesuai dengan kondisi lalu lintas di Indonesia. Parameter traffic simulation ini merupakan kalibrasi model vissim yang telah diuji valid secara statistik sesuai dengan kondisi lalu lintas di Indonesia. (Humas UGM/ Agung)