Dosen Hubungan Internasional Fisipol UGM, Drs. Muhadi Sugiono, M.A., diundang oleh komite Nobel Perdamaian pada upacara penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Kelompok International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) 10 Desember mendatang di kota Oslo Norwegia. Undangan kepada Muhadi tersebut sebagai bentuk apresiasi dan pengakuan atas kiprah Muhadi yang selama ini aktif ICAN dalam mengampanyekan pemusnahan senjata nuklir di seluruh dunia sejak 2013 lalu.
Seperti diketahui, penyerahan hadiah nobel perdamaian akan dilakukan oleh Ketua Komite Nobel Norwegia (Norwegian Nobel Committee) yang akan diterima oleh Direktor ICAN, Beartice Fihn, didampingi oleh Setsuko Thurow, salah satu korban bom atom di Hiroshima (hibakusha), yang aktif dalam kampanye penghapusan senjata nuklir ICAN. Penyerahan nobel tersebut akan disaksikan langsung oleh Raja Norwegia.
Menanggapi atas undangan tersebut, Muhadi mengaku akan menghadiri penganugerahan tersebut. Dikatakan Muhadi, undangan untuk menghadiri penganugerahan tersebut sebagai bentuk apresiasi dari komite nobel perdamaian atas kiprahnya selama ini di ICAN. “Tentu saja ada rasa bahagia untuk bisa ikut dalam sebuah acara sebesar penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian. Jadi, rasa bahagia yang saya rasakan sebenarnya bukan karena saya bisa hadir di acara tersebut, tetapi lebih karena saya bisa menjadi bagian dari salah satu upaya untuk membangun perdamaian dunia melalui perlucutan senjata nuklir,” kata Muhadi saat dihubungi Kamis (16/11) di Kampus UGM.
Bagi Muhadi penganugerahan Nobel Perdamaian masih menjadi salah satu bentuk pengakuan internasional terhadap upaya-upaya untuk membangun perdamaian dunia. ICAN sendiri, menurut Muhadi, adalah sebuah jaringan yang sangat luas dan relawannya berasal dari banyak negara di seluruh dunia. “ICAN selama ini bergerak dari kerja banyak orang yang terlibat dalam jaringan tersebut,” katanya.
Keterlibatan dirinya ikut serta mengampanyekan isu perlucutan senjata nuklir di kawasan Asia Tenggara dan aktif melobi pemerintah RI untuk aktif dalam isu tersebut ternyata tidak sia-sia. Hasilnya, isu yang diangkat oleh ICAN mendapat dukungan dari banyak negara sehingga diadopsi oleh PBB dengan mengeluarkan penandatanganan Perjanjian Pelarangan Senjata Nuklir pada Juli lalu. “Di ICAN, saya dan kolega-kolega di Program on Humanitarian Studies UGM berkontribusi untuk mendorong pemerintah Indonesia dan pemerintah negara-negara di Asia Tenggara untuk mendukung pelarangan senjata nuklir,” kata Muhadi.
Muhadi Sugiono adalah pengajar di Departemen Hubungan Internasional, Fisipol UGM. Pria kelahiran Kediri 52 tahun silam ini selain aktif dalam ICAN juga aktif sebagai peneliti resolusi konflik di Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM. Bahkan, selama tiga tahun terakhir ia bersama dengan Antropolog FIB UGM, Dr. Lono Simatupang, merintis program sekolah budaya enam desa di Kecamatan Mollo Utara, Timor Tengah Selatan, NTT. (Humas UGM/Gusti Grehenson)