Tengkorak, fiksi ilmiah yang digarap oleh civitas akademika Sekolah Vokasi UGM, berhasil meraih official selection pada even festival film tingkat Asia, The 12th Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF).
Film ini akan tayang dalam Special Gala JAFF pada tanggal 7 Desember di Empire XXI serta pada 8 Desember di Societet Taman Budaya Yogyakarta.
“Setelah melewati proses seleksi, film Tengkorak berhasil masuk dan diputar bersama film dari Jepang, Kazakstan, Iran, dan negara-negara lain,” ujar dosen Program Studi Komputer dan Sistem Informasi (KOMSI) SV UGM yang menjadi sutradara film ini, Yusron Fuadi, Senin (27/11).
Film Tengkorak bercerita tentang misteri penemuan fosil tengkorak berumur 170 ribu tahun di Pulau Jawa yang menimbulkan kebingungan dan perdebatan di antara para ilmuwan dan pemuka agama, serta perjalanan seorang gadis yang bertekad untuk mengungkap misteri di baliknya.
Hadir dengan ide cerita yang unik dan alur menarik dalam sebuah fantasi yang terbungkus dengan balutan humor dan kearifan lokal khas Yogyakarta, film ini membawa misi untuk mengangkat hal-hal yang baru ke dalam dunia perfilman Indonesia. Film fiksi ilmiah seperti Tengkorak, ujar Yusron, memang sangat jarang dilirik oleh produsen-produsen film Indonesia.
“Kalau di dunia film internasional genre fiksi ilmiah sudah bisa mendunia dan cukup diminati penonton Indonesia. Jadi penontonnya ada di Indonesia, tapi masih sangat sedikit orang Indonesia yang mau menggarap film jenis ini,” imbuhnya.
Karena itu, ujarnya, film ini menjadi layak untuk ditonton para pecinta film Indonesia dan khususnya masyarakat Yogyakarta yang ingin menjadi saksi bagaimana pemuda-pemudi bangsa mampu menghasilkan karya seni yang tak kalah hebat dengan sineas negara-negara lain. Film yang disebut Yusron berawal dari sebuah ide nekat ini pun berhasil mendapat atensi dari masyarakat, terbukti dengan tiket penayangan hari pertama yang dijual secara online langsung ludes terjual dalam waktu beberapa jam.
“Jika ingin bukti bahwa Indonesia bisa membuat film fiksi ilmiah, silahkan menonton Film Tengkorak,” ujarnya.
Dekan SV UGM yang menjadi produser film Tengkorak, Wikan Sakarinto, menuturkan bahwa terpilihnya film ini untuk ditayangkan dalam festifal film tingkat Asia ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi segenap civitas SV yang telah berjerih payah mengerjakan proyek film ini sejak 3 tahun yang lalu.
Ia menjelaskan, setiap bagian dari produksi film ini, mulai dari pengambilan gambar, pembuatan animasi, editing, hingga pembuatan soundtrack dikerjakan sendiri oleh mahasiswa SV di bawah bimbingan Yusron dan dosen-dosen lain. Karena itu, keberhasilan ini menjadi penambah kepercayaan diri serta motivasi bagi para mahasiswa untuk terus menghasilkan karya-karya yang berkualitas.
“Ini adalah produk nyata dari mahasiswa vokasi. Berangkat dari idealisme dan komitmen untuk menyelesaikan apa yang kita mulai, ini menjadi pembuktian bahwa civitas akademika UGM bisa membuat film yang hebat,” tuturnya.
Dengan penayangan film Tengkorak pada JAFF 2017, ia berharap film ini dapat diterima di berbagai kalangan dan meraih kesuksesan di pasar perfilman Indonesia. Proses produksi film ini sendiri telah diselesaikan dan ditargetkan untuk dapat ditayangkan di bioskop-bioskop komersial pada tahun mendatang. (Humas UGM/Gloria)