Pemerintah Kota Semarang tidak kurang-kurang dalam penanggulangan banjir dan rob yang terjadi di daerahnya. Sementara banjir dan rob akibat pasang air laut atau banjir pesisir dan amblesan tanah yang terjadi di pesisir semakin meluas.
Berbagai metode struktural dan non struktural untuk mengontrol banjir di kawasan pantai telah dilakukan, diantaranya pembangunan tanggul, peningkatan sistem drainase, stasiun pompa, reklamasi pantai, pengelolaan dan perencanaan serta sosialisasi.
“Sayangnya, semua yang dilakukan belum bisa menyelesaikan banjir yang semakin meluas di wilayah pantai Semarang,” ujar Ir. Suhardjono, M.Eng, di Sekolah Pascasarjana UGM, Senin (29/1). .
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPPD Kota Semarang ini mengatakan hal itu saat menjalani ujian terbuka program doktor dalam Ilmu Geografi, Fakultas Geografi UGM. Dengan promotor Drs. Projo Danoedoro, M.Sc., Ph.D dan ko-promotor, Dr. M. Pramono Hadi, M.Sc, promovendus mempertahankan disertasi berjudul Integrasi Model Hidrologi dan Hidraulika Berbasis SIG untuk Evaluasi Kinerja Sistem Polder Dalam Mengurangi Banjir dan Banjir Pasang Surut.
Suhardjono mengatakan Pemerintah Kota Semarang belum lama melakukan uji coba dan penutupan Kali Semarang. Diharapkan, dengan dibangunnya kolam retensi, pompa drainase sebagai bangunan pelengkap sistem polder maka sistem polder Kali Semarang yang mulai dioperasikan dapat melayani drainase area Kali Semarang.
“Kali Asin dan Kali Baru yang mencapai luas 12,8 km² dilengkapi dengan Kolam Retensi seluas 6,8 ha dengan kapasitas air sebesar 130.000 m³,” katanya.
Dengan tujuan membuat model simulasi sistem polder DAS Kali Semarang secara dinamik berdasarkan hidrografi banjir dan mengevaluasi sistem polder dengan periode 5 tahun dalam upaya penanggulangan banjir dan rob di DAS Kali Semarang, hasil penelitian Suhardjono menunjukkan terwujudnya model simulasi sistem polder Kali Semarang. Sedangkan faktor penurunan elevasi muka air sungai/ saluran -2 pada sistem polder Kali Semarang mampu menaikkan kapasitas sistem polder ±150.000m³ atau penundaan waktu banjir hingga 9,87 jam.
“Untuk pengurangan luas genangan banjir dan rob hingga kurang lebih 3,390 kilo meter persegi. Sementara penurunan muka air sungai/ saluran -2km berdampak pada aliran sungai di hulu menjadi kering,” jelasnya.
Suhardjono berharap hasil penelitiannya bisa memberikan informasi kepada Pemerintah Kota Semarang terkait pembuatan simulasi model hidrologi dan hidrolika berbasis spasial untuk memodelkan sistem polder dalam rangka pengendalian banjir dan rob di kawasan perkotaan di areal pantai. Selain itu, memberikan informasi terkait hasil evaluasi aplikasi sistem polder pada kondisi serupa untuk diaplikasikan ke lokasi lain dengan lebih baik. (Humas UGM/ Agung; foto: http://www.aktual.com/210050-2/ )