Permasalahan yang berhubungan dengan isu manipulasi akuntansi merupakan topik bahasan yang tidak akan pernah lenyap dari dunia bisnis dan akuntansi. Bahkan, pravalensinya terus meningkat dari segi kuantitas dan kualitasnya. Beberapa skandal besar bidang ekonomi dan keuangan tidak jarang melibatkan profesi akuntansi. Keterlibatan akuntan dalam skandal manipulasi akuntansi di antaranya tidak terlepas dari adanya tekanan dari atasan.
Respons bawahan ketika diperintah atasan untuk melakukan manipulasi akuntansi itu lah yang melatarbelakangi Mahmudi menulis disertasinya berjudul “Pengaruh Independensi, Tanggung Jawab Hasil, dan Identitas Moral terhadap Reaktansi Bawahan Atas Tekanan untuk Melakukan Manipulasi Akuntansi: Pengujian Teori Kepatuhan.” Disertasi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada Senin (29/1) di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Hasil penelitian Mahmudi menunjukkan bahwa tingkat independensi dan penetapan tanggung jawab hasil berpengaruh signifikan terhadap reaktansi (penolakan) bawahan atas perintah atasan untuk melakukan manipulasi akuntansi. Mahmudi menjelaskan bahwa bawahan dengan independensi yang lebih tinggi memiliki keberanian yang lebih tinggi untuk menolak perintah atasan untuk melakukan manipulasi akuntansi dibanding dengan bawahan dengan tingkat independensi rendah.
“Bawahan juga akan lebih berani menolak perintah atasan untuk melakukan manipulasi akuntansi apabila tanggung jawab atas hasil tindakan terletak pada bawahan dibanding jika tanggung jawab hasil tindakan ada pada atasan yang memerintah,” terang Mahmudi.
Lebih lanjut Mahmudi juga menemukan bahwa identitas moral memperkuat pengaruh tanggung jawab hasil terhadap reaktansi bawahan atas perintah atasan untuk melakukan manipulasi akuntansi. Menurut Mahmudi, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh manajemen dalam membuat kebijakan organisasi terkait upaya mencegah terjadinya pelanggaran etika akibat tekanan atasan kepada bawahan untuk melakukan tindakan tidak etis, seperti manipulasia kuntansi.
“Dari hasil penelitian ini maka manajemen perlu membuat sistem yang memperkuat independensi dan tanggung jawab personal sehinggga memungkinkan bagi karyawan berani menolak patuh terhadap perintah atasan yang melanggar etika,” tambahnya. (Humas UGM/Catur)