Dosen UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Dede Syarif, M. Ag., meraih gelar doktor dari UGM pada Rabu (31/1), setelah sukses mempertahankan disertasi terkait transformasi identitas sosial-keagamaan dan sentimen anti syiah pasca reformasi di Indonesia.
Studi yang dilakukan mahasiswa program doktor prodi Inter-Religious Studies Sekolah Pascasarjana Lintas Displin (SPs LD) ini menunjukkan bahwa dimensi keagamaan memiliki peran signifikan dalam membentuk identitas sosial keagamaan Syiah.
Dede menyebutkan transformasi identitas Syiah sebagai bentuk perjuangan untuk mengatasi eskalasi sentimen anti Syiah pasca reformasi. Hal ini juga berkontribusi pada dinamika realitas kepercayaan antara sunni dan syiah.
“Ketegangan antara syiah dan anti Syiah telah berkembang di Indonesia menjadi lebih sistematis dan terorganisir,” jelasnya.
Berdiri pada bulan Juli 2000, Ikatan Jamaah Ahlul Bayt Indoneia (IJABI) merupakan organisasi syiah pertama yang terdaftar di Indonesia. Sejak saat itu, anggota dari komunitas muslim minoritas ini tidak lagi menyembunyikan identitasnya seperti yang dilakukan sebelumnya. Hal terebut mendapat respons dari pendukung anti Syiah menyatukan diri dalam kelompok yang lebih teroganisir yang dikenal dengan Aliansi Nasionak Anti Syiah.
Dari hasil kajian yang dilakukan Dede diketahui bahwa sentimen anti Syiah muncul sebagai proses dinamis di kedua sisi, yakni korban dan pelaku. Lama hidup dalam tekanan, organisasi Syiah (IJABI) hadir untuk melewati friksi yang ada. Kenyataanya, upaya ini mendapatkan tantangan baik dari dalam dan luar. (Humas UGM/Ika)