Makin tinggi konflik antara manajemen dan pemegang saham mengenai kebijakan dividen, maka perusahaan akan semakin konservatif. Hal ini terjadi karena manajemen berusaha untuk memaksimalkan kepentingannya melalui konservatisme akuntansi, agar jumlah dividen yang dibagikan juga makin kecil.
“Makin kecil jumlah dividen makin besar jumlah dana yang dikendalikan manajemen, “ ungkap Drs Anak Agung Gde Putu Widanaputra MSi Ak pada kesimpulan desertasinya berjudul “Pengaruh Konflik Antara Manajemen dan Pemegang Saham Mengenai Kebijakan Dividen Terhadap Konservatisma Akuntansiâ€.
Kata Anak Agung Gde Putu Widanaputra, perilaku seperti ini dapat dijelaskan dengan teori dividen kas residual, yang menyatakan bahwa perlakukan terhadap laba ada dua macam, yaitu dijadikan laba di tahan atau dibagikan sebagai dividen. Menurut teori ini, katanya, manajemen tidak suka terhadap pembagian dividen, kecuali manajemen mengetahui bahwa tidak ada NPV (net present value) positif untuk tambahan investasi di masa datang.
“Perilaku manajemen seperti ini dapat dijelaskan pula melalui teori urutan pematukan modal yang menyatakan bahwa manajemen lebih memilih modal internal sebagai sumber pembiayaan utama, dan bila dibutuhkan modal eksternal, makanya manajemen akan menggunakan modal dengan tingkat resiko lebih rendah,†papar dosen Fakultas Ekonomi Universitas Udayana , Bali, saat ujian doktor, di Sekolah Pascasarjana UGM, Sabtu, (24/3).
Perusahaan yang dikelola oleh manajer-nonpemilik dinilainya, lebih konservatif dibanding perusahaan yang dikelola manajer-pemilik (owner manager). Hal ini terjadi sebagai akibat lebih kecilnya permasalahan keagenan yang terjadi pada perusahaan yang dikelola oleh manajer-pemilik.
“Dari penelitian ini memberikan pula bukti, jika perusahaan BUMN lebih konservatif dibandingkan dengan perusahaan non-BUMN. Hal ini terjadi karena ada kecenderungan pemilik (pemerintah) membagikan laba perusahaan berupa dividen dalam jumlah besar, sehingga memberikan insentif bagi manajemen untuk lebih konservatif. Dan perilaku manajemen seperti ini dapat dijelaskan melalui hipotesis kos politik,†tandas suami Ni Nyoman Suardani, yang dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan dan meraih gelar doktor ilmu ekonomi akuntansi dari UGM. (Humas UGM).