Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), krom (Cr), tembaga (Cu), kadmium (Cd), atau perak (Ag) merupakan jenis polutan yang banyak ditemukan pada berbagai bidang limbah industri, seperti industri pertambangan, penyepuhan logam, pembuatan baterei, pupuk, kimia, farmasi, elektronik, tekstil dan lain-lain. Keberadaan logam berat tersebut di perairan limbah industri sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya, karena sangat beracun dan tidak dapat terbiodegradasi, sehingga sangat perlu untuk dihilangkan dari limbah industri untuk memperoleh perairan yang memenuhi standar kualitas lingkungan.
“Oleh karena itu, sangat perlu dikembangkan teknologi untuk mengontrol konsentrasi logam ini dalam perairan limbah industri,†ujar Dra Ratnaningsih Eko MSi,di Sekolah Pascasarjana UGM, Senin, (26/3).
Staf pengajar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini, menyampaikan hal tersebut saat melaksanakan ujian terbuka program doktor UGM bidang ilmu kimia MIPA. Promovenda mempertahankan desertasi berjudul “Sintesis dan Penggunaan Tetramer Siklis Seri Kaliksresorsinarena, Alkoksikaliksarena, dan Alkenilkaliksarena Untuk Adsorpsi Kation Logam Berat†dengan bertindak selaku promotor Prof Dr Harjono Sastrohamidjojo dan ko-promotor Dr Jumina serta Dr Sri Juari Santosa M Eng.
Kata Ratnaningsih, banyak metode telah dikembangkan untuk menangani masalah limbah di perairan, salah satunya adalah metode adsorpsi. Metode ini adalah salah satu metode yang potensial, karena prosesnya yang sederhana, dapat bekerja pada konsentrasi rendah, dapat di daur ulang, dan biaya yang dibutuhkan relatif murah.
Salah satu kelompok senyawa sintesis yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai adsorben, kata Ratna, adalah kaliksarena (calixarene). Yaitu suatu senyawa oligomer siklis yang tersusun dari satuan-satuan aromatis yang dihubungkan oleh suatu jembatan. Kata dia, kaliksarena ini memiliki kemungkinan untuk dimodifikasi secara luas.
Selain itu, kaliksarena memiliki geometri unik, berbentuk seperti keranjang dan berongga, sehingga dapat digunakan dalam sistim guest-host (inang-tamu), dengan kaliksarena berperan sebagai host, dan ion atau molekul lain berperan sebagai guest-nya. “Berbagai keistimewaan melekat pada kaliksarena telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti untuk ekstraksi, sensor, mambran, fasadiam kromatografi, surfaktan dan katalis,†tambah perempuan kelahiran Subang, 19 April 1969 ini.
Dari hasil penelitiannya, diketahui sebagian besar kaliksarena memiliki sifat tidak larut dalam air, hanya beberapa kaliksarena yang termasuk kelompok aminometil kaliksarena larut dalam air, khususnya larutan dengan tingkat keasaman tinggi. Dengan demikian, sebagian besar kaliksarena-kaliksarena tersebut dapat dipergunakan sebagai adsorben untuk mengadsorpsi kation logam berat yang berada dalam air.
“Diantara kaliksarena-kaliksarena tersebut terdapat empat kaliksarena yang disintesis hanya melalui satu tahap reaksi saja, dengan persentase hasil yang tinggi (85-98%). Keempatnya termasuk kelompok kaliksresorsinarena, yaitu C-4-metoksifenil kaliks[4]resorsinarena (CMFKR), C-4-hidroksifenil kaliks[4]resossinarena (CHFKR), C-4-hidroksi-3-metoksifenil kaliks [4]resorsinarena (CHMFKR), dan C-metil kaliks[4] resorsinarena (CMKR). Keempat kaliksarena tersebut kaya dengan gugus hidroksil, fenil dan eter, disamping itu, keempatnya merupakan adsorben kation logam berat baru,†tandas istri Hasanudin SPd MM, ibu tiga putra yang dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude dan meraih gelar doktor ilmu kimia UGM. (Humas UGM).