Delapan mahasiswa Universitas Gadjah Mada mewakili Indonesia dalam program Winter Camp 2018 Taiwan Tech yang diadakan oleh National Taiwan University of Science and Technology. Mahasiswa-mahasiswa tersebut ialah Muhammad Dzaky Alfajr Dirantona (S1 Manajemen), Meilani Adriyati (S2 Teknik Sipil), Paxia Novarin (S1 Ilmu Hubungan Internasional), Naufal Fadhlullah Sayuti (S1 Ilmu Hukum), Riskha Adelia Nurinda (S1 Teknologi Industri Pertanian), Mawar Lestari (Sekolah Vokasi), Kumala Puspasari (Sekolah Vokasi), dan Nadiyah Asri Dewanti (Sekolah Vokasi). Mereka terpilih untuk melaksanakan serangkaian kegiatan yang diadakan oleh National Taiwan University of Science and Technology selama seminggu pada 21-27 Januari 2018 di Taipei, Taiwan.
Winter Camp 2018 Taiwan Tech disponsori oleh pemerintah Taiwan yang bertujuan untuk memperkenalkan Taiwan kepada mahasiswa-mahasiswa se-Asia. Agenda program tersebut terdiri dari tur di seputar Taipei dan komunitas-komunitas di Taiwan, company visit ke Brighten Optix dan E&E Recycling, hingga lab visits ke berbagai macam laboratorium di sana. Beberapa laboratorium yang dikunjungi, diantaranya laboratorium kimia, laboratorium teknik material dan metalurgi, laboratorium 3D printing, dan lain-lain. Di akhir program, para peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok yang ditugaskan untuk menyampaikan presentasi tentang inovasi-inovasi teknologi yang mereka anggap patut dipertimbangkan serta diterapkan oleh pemerintah Taiwan.
Pada akhirnya, kelompok yang terdiri dari dua delegasi dari Universitas Gadjah Mada yakni Dzaky dan Riskha, beserta mahasiswa dari Taiwan Tech, University of the Philippines, Tokyo Institute of Technology, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember memenangkan kategori best presentation. Kelompok Dzaky melihat bahwa ada beberapa masalah yang dihadapi oleh Taiwan, diantaranya kendala bahasa (language barrier), tingginya angka keletihan buruh pabrik, akses terhadap makanan halal, dan tingginya polusi udara. Menurut Dzaky masalah-masalah tersebut dapat dipecahkan dengan beberapa solusi seperti penerapan Kuliah Kerja Nyata (community service) dan mahasiswa nantinya mengajarkan Bahasa Inggris dasar kepada pedagang-pedagang di area wisata.
Kelompok Dzaky juga berpendapat bahwa pabrik-pabrik di Taiwan dapat menerapkan penggunaan eksoskeleton (kerangka eksternal) yang berfungsi sebagai body support sehingga dapat mengurangi beban kerja manual para buruh pabrik yang selalu dalam posisi berdiri 8 jam sehari. Lebih lanjut, kelompok Dzaky juga mengusulkan agar pemerintah dapat membuat sebuah aplikasi direktori restoran halal di Taiwan agar wisatawan muslim dapat dengan mudah mencari makanan di Taiwan.
“Kami juga mengusulkan penggunaan cat yang dapat mengadsorbsi polusi gas di jalan-jalan raya dan area pabrik, seperti yang telah diterapkan di Filipina dan beberapa negara Eropa,” ujar Dzaky, Senin (12/2).
Sementara itu, Meilani menambahkan bahwa kegiatan Winter Camp 2018 Taiwan Tech bertujuan membentuk persatuan dan hubungan antar pelajar–pelajar di Asia dengan memperkuat kemampuan berkomunikasi secara internasional. Di samping itu, menurut Meilani, para peserta dapat mempelajari bagaiamana perkembangan teknologi di Asia, khususnya terkait dengan mesin dan ilmu pengetahuan.
“Melalui pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan, para peserta bisa meningkatkan kontribusi dalam penyelesaian permasalahan yang ada negaranya,” ujar Meilani. (Humas UGM/Catur)