Teknologi nuklir saat ini menjadi sesuatu yang menakutkan di masyarakat bahkan dalam penandatangan resolusi Dewan Keamanan PBB, Indonesia pun memberikan dukungan terhadap pemberian resolusi terhadap Iran, barangkali menurut Prof.Dr.Ir. Tri Yuwanta, S.U.,DEA, Indonesia tidak tahu di Iran nuklirnya digunakan untuk apa sebelumnya.
“Tapi yang jelas kerjasama fakultas peternakan dengan BATAN sudah tahu nuklirnya digunakan untuk untuk apa, dan ternyata bisa digunakan untuk kesejahteraan manusia dan kesejahteraan peternak di pedesaan,†demikian pernyataan Prof.Dr. IR. Tri Yuwanta, S.U.,DEA dalam Penandatangan kerjasama (MOU) antara Fakultas Peternakan UGM dengan Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR-BATAN), Jumat (30/3) di ruang Sidang Besar Fakultas Peternakan UGM
“Aplikasi dari teknologi nuklir di bidang peternakan sungguh luar biasa. Apalagi di Fakultas Peternakan telah banyak melakukan kerjasama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAIA) dimana telah menghasilkan lulusan S1 dan S2 selama kurun lima tahun ini. Para lulusan ini sering memberikan pemikiran dan kontribusi dalam mengaplikasikan di bidang peternakan terhadap pengembangan peternak di pedesaan dengan cara pemanfaatan teknologi sederhana dan teknologi nuklir,†jelas Yuwanta.
Kata yuwanta, pembinaan peternak, merupakan sesuatu yang penting karena biasanya petenak tanpa suatu pembinaan tidak akan jalan dengan baik.
MOU ini tambah Yuwanta, dipandang perlu agar mampu menghasilkan berbagai macam hasil penelitian di bidang peternakan, pengembangan tanaman pangan nasional maupun penelitian yang lain. “Kerjasama ini merupakan kelanjutan kerjasama yang telah dimulai sejak 20 oktober 2001 yang dimaksudkan dalam rangka menunjang program penerapan pemanfaatan teknologi dan pemasyarakatannya dalam berbagai bidang secara berkesinambungan yang didasari pertimbangan bahwa Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR-BATAN) sebagai lembaga penelitian memiliki kemampuan dalam pengembangan serta pemanfaatn teknologi nuklir,†jelas Dekan Fakultas Peternakan UGM ini.
Sedangkan Ir. Retraningsih Setjo, M.Sc, Kepala PATIR-BATAN mengakui bahwa di lembaganya memang kekurangan SDM, dengan adanya MOU ini bisa saling mengisi antar kedua belah pihak. Ia berharap teknologi nuklir bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
“Banyak yang bepikir bahwa teknologi nuklir ini bersifat destruktif. Nuklir ini ibarat sebuah pisau, bagaimana sebuah pisau bisa dimanfaatkan untuk sesuatu hal yang positif tapi bisa juga untuk hal-hal yang negatif,†ujar Retraningsih.
Ia berharap teknologi nuklir bisa mensejahterahkan masyarakat terutama dalam pertanian dan peternakan. “Kita sudah menghasilkan beberapa varietas tanaman padi, dan tanaman yang lainnya, membantu petani dalam menanam bibit ungggul hasil teknologi nuklir supaya bisa mensejahterakan masyarakat,†serunya.
Retraningsih menjelaskan bahwa luas lahan di Indonesia semakin berkurang karena adanya pembangunan pabrik dan industri, serta pembangunan perumahan yang semakin pesat. Salah satu caranya yang bisa diambil dalam mengatasi hal ini menurut Retraningsih adalah petani harus menanam bibit-bibit tanaman yang unggul, tahan hama dan penyakit dimana produksi panennya meningkat. “Mudahan pemanfaatan teknologi nuklir ini dapat diterima di masyarakat terutama dalam rangka persiapan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mulai tahun 2016 yang sudah mulai beroperasi di daerah Jepara,†jelasnya.(Humas UGM)