“Para peneliti dan industriawan hendaknya mencari berbagai alternatif kemungkinan ditemukannnya bahan bangunan ringan guna melengkapi konstruksi bangunan tahan gempa. Salah satu upaya adalah pemanfaatan bahan baku bambu melalui treatment khusus agar menjadi kuat dan awet, sehingga bisa digunakan untuk bangunan permanent,â€. Demikian pernyataan Sri Sultan hamengkubuwono IX saat memberikan sambutan dalam acara pertemuan Komunike Bersama “ International Bamboo and Palm Summit †di Ruang Multi Media Rabu (31/1) Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada.
Menurut Gubernur DIY ini, ia masih khawatir tentang material bangunan rumah tahan gempa yang digunakan masyarakat selama ini. “Dari pengalaman gempa yang lalu, saya selalu khawatir, meski rekonstruksi bangunan pada pasca gempa ini sudah diperhitungkan tahan gempa, jika mengggunakan bahan baku tradisional yang berbobot berat, tetap saja mesih mengandung risiko bagi penghuni di bawahnya,†ungkap Sultan.
Bertolak dari pemikiran ini, Sri Sultan mengharapkan pertukaran teknologi pengawetan dan penguatan bahan baku bambu harus di-upgrade menjadi forum transdisiplin keilmuan yang bisa menelorkan usulan regulasi bagi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan laju pertumbuhan yang sangat pesat, bambu dan palma (kelapa, kelapa sawit dan sejenisnya) mempunyai potensi yang besar sebagai material alternatif. “Industri bambu dan palma dapat dikembangkan dengan berbasis pada masyarakat serta lebih lestari dan ramah lingkungan. Pendekatan baru untuk mengembangkan industri lokal berbasis material lokal dan sumber daya manusia lokal perlu terus dikembangkan dan merupakan tantangan yang harus dijawab segera,†tandasnya.
Dalam pertemuan ini, peserta Komunike Bersama ini berasal dari lembaga The United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) Indonesia, yang bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY, dan Lokal Stake Holders and Ecology Diversity Synergy (EDS) laboratory dari Jepang mengadakan pameran teknologi Rumah Bambu dan Palma sebagai alternatif rumah tahan gempa di Jogja Expo Centre (JEC) mulai 31 Januri hinggga 4 Februari 2007.
Berdasar latar belakang di atas, maka peserta The International Bambooo and Palm Summit yang diselengggarakan di Yogyakarta pada 31 desember 20007 mendeklarasikan komunike bersama, bahwa para pihak menyatakan komitmen bersama daintaranya (i) Mempromosikan dan mengkampanyekan hutan dan perkebunan bambu yang lestari untuk memperbaiki ekologi dan keragaman hayati (ii)Mempromosikan pemakaian bambu dan palma sebagai bahan alternatif untuk bisa menggantikan kayu keras sehingga meningkatkan pelestarian hutan. (iii) Mengkampanyekan citra bambu dan palma sebagai bahan baku prima yang tidak kalah dengan kayu. (iv)Melakukan kerjasama saling menguntungkan dalam riset dan pengembangan teknologi bambu dan palma untuk pembangunan berkelanjutan. (v) Melakukan kerjasama untuk pendidikan formal dan informal untuk mendorong kelestarian hutan. (vi) Mengembangkan kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan melalui budidaya dan industri bambu dan palma yang lestari berbasiskan masyarakat.(Humas UGM)