Akuntan merupakan profesi yang rentan dengan tekanan pengaruh sosial yang berasal dari klien atau atasan auditor sendiri. Tekanan dari atas berupa tekanan ketaatan biasanya menuruti permintaan atasan kepada auditor untuk membuat keputusan yang melanggar norma dan standar profesional pengauditan seperti menerbitkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) meskipun laporan keuangan mengandung salah saji yang material. Namun demikian, berdasarkan penelitian, kepatuhan pada pimpinan, penilaian kinerja dan dampak karier menunjukkan auditor cenderung memenuhi perintah pimpinan.
Hal ini mengemuka dalam penelitian yang dilakukan mahasiswa program doktoral FEB UGM, Eko Yulianto, SE., M.Sc., mengenai pengaruh norma sosial dalam pembuatan keputusan etis auditor di bawah tekanan ketaatan. Ia melakukan penelitian dengan melibatkan 96 auditor dari BPK terdiri 66 orang auditor pria dan 30 auditor wanita dan 34 auditor diantaranya berkantor di Jakarta.
Dari hasil penelitiannya menemukan bahwa norma kelompok lebih memiliki pengaruh pada keputusan auditor daripada budaya etis. Setelah menerima peritah atasan untuk membuat keputusan yang melanggar standar audit dan etika, auditor cenderung mengikuti keputusan kelompok. “Auditor akan cenderung tidak memenuhi perintah atasan apabila koleganya telah membuat keputusan untuk tidak tunduk pada perintah atasan yang sama, demikian juga sebaliknya,” kata Eko dalam ujian promosi doktor di FEB UGM, Jumat (23/2).
Terkait dengan budaya etis auditor, peneliti menemukan bahwa auditor yang berada di lingkungan organisasi dengan budaya etis yang kuat tidak berbeda dengan keputusan auditor di lingkungan budaya etis yang lemah.
Dari penelitian ini ia meyimpulkan bahwa proses pembuatan keputusan secara kolegial untuk mencegah dampak negatif tekanan atasan sangat diperlukan sehingga setiap keputusan dapat lebih dijamin. (Humas UGM/Gusti Grehenson)