Penderita ameloblastoma mandibula atau tumor jinak yang paling sering terjadi pada rahang, sampai saat ini banyak yang harus menjalani tindakan radikal berupa reseksi rahang baik sebagian atau secara total. Dampak yang ditimbulkan selain hilangnya perlekatan otot-otot pengunyahan akibat defek juga akan menimbulkan gangguan fungsi estetis dan fungsi fisiologis sehingga perlu dilakukan rekonstruksi. Namun, pembuatan dan pemasangan pelat rekonstruksi yang tidak ada panduannya akan menyebabkan terjadinya komplikasi pasca rekonstuksi, seperti lepasnya sekrup, plate exposure, pelat patah, infeksi dan juga rasa sakit serta stres psikologis bagi pasien. Untukitu, diperlukan prediksi panjang tulang untuk rekonstruksi pada defek yang luas menggunakan osteocutanues fibula free flap.
Hal itu dikemukakan oleh Maria Goreti Widiastuti, mahasiswsa doktoral Bioteknologi minat studi rekayasa biomedis, Sekolah Pascasarjana UGM, dalam ujian terbuka promosi doktor di ruang seminar Sekolah Pascasarjana UGM, Selasa (27/2). Penelitian yang dilakukan oleh dokter gigi di bagian beda mulut RSUP Sardjito ini mengungkapkan perlunya model prediktif dengan adanya model geometris pasien yang utuh dan dapat digunakan untuk pembengkokan pelat rekonstruksi.
Penelitian yang dilakukannya ini melibatkan 22 orang perempuan dengan status gigi indeks Eichner ketegori A. Penelitian dilakukan dengan pengukuran 25 ukuran linier dan 2 sudur kraniomaksilaris pada pada gambar virtual Standart Tesselation Languange. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 95,45% subjek penelitian mempunyai bentuk kepala brakisefali (lebar) yang terdiri 28,57% ultra brakisefali, 57,14% hiperbraklisefali dan 14,28% brakisefali. Sedangkan bentuk kepala mesosefali hanya 4,54%.
Semua subjek penelitian adalah wanita keturunan Jawa ini juga diketahui 31,18 persen memiliki wajah leptoprosop atau muka tinggi dan sempit, terdiri 42,85% hiperleptoprosop dan 57,14% leptoprosop. “Sedangkan bentuk wajah mesoprosop atau muka sedang sekitar 36,36%, muka pendek atau euriprosop dan lebar sebanyak 31,18%,” kata Widiastuti.
Penelitian ini menghasilkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara lebar bizigoma dengan parameter mandibula yang mengalami defek tipe LCL, kecuali terhadap lebar mandibula anteriror, sudut gonial mandibula dekstra dan sinistra. Selama periode pertumbuhan tulang wajah bertambah tinggi, bertambah lebar dan bertambah panjang, namun dalam perkembangan relasi tulang wajah terhadap tulang kepala tidak berubah.
Penelitian ini, kata Widiastuti, juga dapat digunakan untuk perencanaan operasi yang memerlukan prediksi panjang tulang untuk rekonstruksi pada defek yang luas menggunakan osteocutanues fibula free flap. “Sehingga ada model prediktif adalah dibuat model gemetrios pasien yang utuh dan dapat digunakan untuk pembengkokan pelat rekonstruksi,” paparnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)