Bayi yang lahir dari ibu penderita malaria saat masa kehamilan rentan mengalami infeksi malaria.
Hal tersebut disampaikan oleh peneliti Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kesedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM , Dr. dr. RR. Ratni Indrawati, Sp.A., saat mempertahankan disertasinya dalam ujian terbuka program doktor di FKKMK UGM, Rabu (21/3).
Ratni menyampaikan bahwa ibu hamil dan bayi merupakan populasi yang paling rentan mengalami kesakitan dan kematian akibat malaria secara signifikan. Hasil penelitian terdahulu melaporkan adanya peningkatan kerentanan infeksi malaria pada bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil yang menderita malaria. Namun, penelitian lainnya tidak menemukan hubungan antara infeksi malaria pada ibu hamil dengan risiko malaria pada bayinya.
Oleh sebab itu, dosen FKKMK UGM ini melakukan penelitian untuk mengetahui efek malaria maternal terhadap kerentanan infeksi malaria dan prevalensi malaria submikroskopis dibandingkan dengan mikroskopis pada ibu dan bayinya. Selain itu, juga untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada bayi selam satu tahun pertama kehidupan.
Penelitian dilakukan di Timika, Papua sejak Oktober 2013 hingga September 2016. Melibatkan 190 bayi yang terdiri dari 105 bayi dari ibu dengan malaria maternal dan 85 bayi dari ibu tanpa malaria maternal.
Hasil penelitian secara mikroskopis menunjukkan kelompok bayi dari ibu dengan malaria maternal lebih banyak mengalami infeksi malaria dibanding bayi dari ibu tanpa malaria. Hal ini berbeda makna saat bayi berumur 6 bulan maupun 12 bulan.
“Pada saat bayi berusia 6 bulan dari ibu dengan malaria maternal memiliki risiko 7,44 kali lebih besar terhadap infeksi malaria dibanding bayi dari ibu tanpa malaria maternal,” jelasnya.
Dari pemeriksaan PCR juga diketahui infeksi malaria pada bayi dengan ibu malaria maternal lebih tinggi dibandingkan bayi dari ibu tanpa malaria. Bayi dari ibu dengan malaria maternal pada usia 6 dan 12 bulan berisiko 9,09 kali dan 8,58 kali lebih banyak terinfeksi malaria dibandingkan dengan bayi dari ibu tanpa malaria maternal.
Ratni menyebutkan bayi dari ibu yang terkena malaria maternal juga lebih banyak mengalami gizi buruk atau kurang di usia, 3,4, dan 9 bulan. Selain itu, juga mengalami stunting pada usia 4 dan 9 bulan serta memiliki skor kognitif dan motorik lebih rendah di usia 12 dibandingkan dengan bayi dari ibu tanpa malaria maternal. (Humas UGM/Ika)