Universitas Gadjah Mada kembali mewisuda dan meluluskan 1.369 wisudawan lulusan pascasarjana, terdiri 1.213 lulusan Magister, 88 Doktor, dan 68 Spesialis, Kamis (19/4), di Grha Sabha Pramana. Masa studi rata-rata untuk Program S2 adalah 2 tahun 7 bulan, Program Spesialis adalah 3 tahun 8 bulan, Program Doktor (S3) adalah 5 tahun 4 bulan.
Waktu tersingkat untuk lulusan S2 diraih oleh Aloysia Yossy Kurniawaty dari Prodi Magister Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, yang menyelesaikan studinya dalam waktu 1 tahun 3 bulan 17 hari. Untuk program Spesialis diraih oleh Edi Karyadi dari Prodi Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, yang menyelesaikan studinya dalam waktu 1 tahun 5 bulan 23 hari, sementara program Doktor diraih oleh Budi Setiyanto dari Prodi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, yang berhasil meraih gelar Doktor dalam waktu 3 tahun 4 bulan 13 hari.
Rerata usia lulusan S2 adalah 30 tahun 8 bulan, program Spesialis adalah 33 tahun 8 bulan dan program S3 adalah 45 tahun 8 bulan. Lulusan termuda untuk Program Magister diraih oleh Destiana Wahyu Pratiwi dari Prodi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik yang berhasil meraih gelar master pada usia 22 tahun 3 bulan 20 hari,
Program Spesialis diraih oleh Lavinia Devin Irawan dari Prodi Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi yang berhasil menyelesaikan studinya pada usia 26 tahun 8 bulan 26 hari, sedangkan untuk program Doktor diraih oleh Puguh Wahyu Prasetyo dari Prodi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang berhasil meraih gelar Doktor pada usia 29 tahun, 8 bulan, 27 hari.
Jumlah wisudawan yang berpredikat Cum Laude untuk S2 sebanyak 193 orang (15,91%), Program S3 sebanyak 7 orang (7,95%). Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata untuk lulusan S2 adalah 3,55, Program Spesialis adalah 3,64 dan Program S3 adalah 3,72. Pada lulusan S2, terdapat 10 orang yang memiliki IPK sama yaitu 4,00 dan sekaligus berpredikat Cum Laude, namun 1 diantaranya yang sekaligus memiliki waktu studi paling singkat yakni Santi Imelda Simatupang dari Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik yang meraih IPK 4,00. Untuk Program Spesialis, IPK tertinggi diraih Lavinia Devin Irawan dari Prodi Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, yang lulus dengan IPK 4,00. Adapun Program Doktor (S3) terdapat 3 lulusan yang memiliki IPK sama yaitu 4,00 dan sekaligus berpredikat Cum Laude, namun satu diantaranya juga memiliki waktu studi paling singkat yaitu diraih oleh Budi Setiyanto dari Program Studi Doktor Teknik Elektro, Fakultas Teknik, yang lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif 4,00 sekaligus berpredikat Cum Laude.
Wisudawan, Lavinia Devin Irawan dari Prodi Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, dalam pidato sambutannya sebagai wakil wisudawan mengatakan prosesi wisuda merupakan ujung dari proses panjang selama menempuh studi di Universitas Gadjah Mada. “Kita semua di sini datang membawa impian untuk menempuh pendidikan di universtas yang kita banggakan. Dalam perjuangan menempuh proses studi, akhirnya mencapai pada muaranya hingga pada hari ini kita bisa menjadi wisudawan,” kata lulusan dokter gigi spesialis periodonsia ini.
Namun begitu, kata Lavinia, prosesi wisuda bukanlah akhir dari proses menggapai cita-cita, sebaliknya menjadi langkah awal untuk memulai kiprah berkontribusi pada kemajuan bangsa dan negara. “Semoga kita bisa berkontribusi pada bangsa dan negara, memajukan dan menyejahterakan masyarakat dengan ilmu dan kompetensi yang kita dapatkan dari kampus ini,” tuturnya.
Rektor UGM UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., dalam pidato sambutannya mengatakan para wisudawan selepas lulus nanti akan mengikuti jejak alumni UGM yang telah terlebih dahulu terjun di tengah masyarakat dan merasakan langsung berbagai persoalan dan dinamika yang terjadi di masyarakat. “Berbagai tantangan sudah pasti akan menanti Anda. Dunia yang kita lihat saat ini mungkin jauh berbeda dengan yang kita kenal dulu,” ujarnya.
Rektor menuturkan dunia saat ini memasuki era revolusi industri 4.0 yang menekankan pada pola ekonomi digital, kecerdasan buatan, data raksasa (big data), kemampuan robotic. Suatu era perkembangan teknologi yang telah mengganti konvensional sehingga menyebabkan hilangnya berbagai lapangan pekerjaan, namun mampu menciptakan berbagai jenis lapangan kerja baru dan keahlian baru pula. Untuk itu, tambahnya, pemerintah kini mencanangkan inisiatif membangun Indonesia 4.0 yang salah satunya berfokus pada pengembangan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, perguruan tinggi didorong untuk mendesain ulang kurikulum dengan mengadopsi pendidikan Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics, pengembangan pendidikan vokasional, dan mencetak lulusan yang siap untuk terjun dan terlibat dalam proses pembangunan nasional.
Dengan semangat inovasi dan socio entrepreneurial, kata Rektor, UGM terus bergerak maju searah dengan perkembangan zaman, terus berinovasi dalam mendidik mahasiswa dan membekali para lulusan dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk mencetak generasi penerus bangsa, dengan tetap mengantisipasi efek negatif yang mungkin muncul dari perubahan tersebut. “Harapan kami, semangat ini juga yang Saudara hidupi dalam perjalanan karier Saudara ke depan,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson;foto: Firsto)