Tiga mahasiswa UGM berhasil menjadi pemenang program Write to China 2018 yang diselenggarakan Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia dan Foreign Policy Commmunity of Indonesia (FPCI) setiap tahunnya. Mereka adalah Ellyaty Priyanka (FISIPOL 2015), Muthia Ulfa M. (FEB 2014), dan Angelo W. (FISIPOL 2015). Mereka berhasil keluar sebagai pemenang dari 900 mahasiswa yang mendaftarkan esainya dan seleksi wawancara yang mengeliminasi 35 orang menjadi 20 pemenang. Pemenang kemudian berhak mengikuti pertukaran pemuda di kota-kota di Tiongkok dari 14-20 April 2018 dan seminggu kemudian di beberapa kota di Indonesia dari 21-28 April 2018 yang dibiayai sepenuhnya oleh panitia penyelenggara.
Dalam esai yang berhasil mengantarkannya sebagai pemenang, Ellyaty membicarakan potensi utilisasi diplomasi publik melalui kerja sama media Tiongkok-Indonesia. Hal ini penting untuk membangun citra Tiongkok dan mengoreksi persepsi negatif ke Tiongkok yang sedang gencar-gencarnya di Indonesia serta bisa menghambat dimaterialkannya berbagai peluang kerja sama mega-proyek Tiongkok-Indonesia, seperti kolaborasi Poros Maritim Dunia (Global Maritime Fulcrum) Jokowi dan One Belt, One Road Tiongkok.
Sementara itu, Muthia mengeksplorasi praktik kebijakan pembangunan berkelanjutan yang diterapkan oleh Tiongkok, serta pelajaran yang dapat dipetik Indonesia. Ia memberikan beberapa saran tentang kerja sama strategis yang dapat ditempuh Indonesia bersama Tiongkok seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga surya dan pembangunan transportasi umum.
Angelo pada kompetisi ini mengajukan tulisan yang membahas berbagai tantangan yang mungkin muncul di masa depan dalam hubungan bilateral antara Indonesia dan RRC. Secara spesifik dia membahas peran media sosial dalam pembentukan persepsi generasi muda akan isu tertentu, terutama mengenai mitra bilateral Indonesia.
Ia menambahkan dengan kunjungan ke China ini semakin mempererat hubungan kerja sama antara Indonesia dan China. Keduanya telah lama menjalin kerja sama, terutama pada masa pemerintahan Presiden Sukarno.
“Indonesia dan China merupakan negara yang menentang penjajahan dan menghargai perbedaan,” pungkasnya. (Humas UGM/Ika)