Penyakit kanker merupakan penyakit yang dapat menimbulkan dampak sosial, ekonomi, psikologi dan spiritual yang cukup berarti. Data angka kejadian dan kematian penyakit kanker, baik di tingkat global, Indonesia maupun di Daerah Istimewa Yogyakarta terus mengalami peningkatan.
Irene Marcellina Sunarsih, Wakil Ketua I Yayasan Kanker Indonesia Cabang DIY, menyebut jenis kanker tertinggi adalah kanker payudara. Kondisi penderita kanker payudara, papar perempuan berusia 75 tahun ini, memprihatinkan karena banyak pasien datang ke rumah sakit dalam stadium lanjut.
“Tidak sedikit dari mereka karena menunda pengobatan medisnya dengan beberapa alasan dan mencoba melakukan pengobatan non medis,” kata Irene, di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, Selasa (15/5).
Oleh karena itu, menurut Irene, perlu mencari tahu penyebab pasien kanker payudara menunda pengobatan medis. Selain itu, perlu membuat pedoman relawan guna pendampingan pasien kanker payudara sebagai salah satu bentuk pengembangan model pendampingan agar pasien segera melakukan upaya medis secara tepat dan cepat.
Menempuh ujian terbuka Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, Irene mengungkapkan beberapa penyebab terjadinya penundaan pengobatan medis ini karena pasien merasa takut, kurangnya pengetahuan tentang kanker dan gejalanya. Disamping itu, pasien juga dipengaruhi oleh mitos, budaya menentukan keputusan, tidak percaya diagnosis dokter, pelayanan dokter, pelayanan kesehatan dan biaya.
“Mereka hanya percaya pengobatan alternatif dan hanya mengandalkan doa. Itu kita dapatkan dari 20 informan dan sebanyak 19 orang melakukan pengobatan non medis terlebih dahulu,” papar Irene dalam disertasinya berjudul Tertundanya Pengobatan Medis Pasien Kanker Payudara Studi untuk Penyusunan Pedoman Relawan.
Untuk itu, keberadaan relawan sangat diperlukan untuk mendampingi penderita kanker payudara. Dengan perannya, para relawan akan melakukan pendampingan agar pasien bersedia melakukan pengobatan medis dengan cepat dan tepat.
Menurut Irene, pedoman relawan dalam pendampingan pasien kanker payudara yang dihasilkan tentu telah melalui proses Delphi, masukan dan disetujui relawan. Dengan pedoman pendampingan tersebut diyakini dapat membantu relawan dalam mendampingi pasien kanker.
“Disinilah arti penting penyuluhan tentang penanggulangan kanker dan SADARI agar lebih ditingkatkan oleh pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Deteksi dini kanker juga harus lebih ditingkatkan dengan biaya yang lebih murah. Sedangkan pasien jangan lagi menunda-nunda pengobatan medis agar penyakit tidak berlanjut,” tutur Irene yang lulus dengan predikat cum laude tersebut. (Humas UGM/ Agung).