Sebagian masyarakat telah memiliki kebiasaan dan perilaku hidup sehat, diantaranya dengan melakukan kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari dan kebiasaan membersihkan area telinga menggunakan cotton bud. Sedangkan untuk menjaga kesehatan hidung mereka masih terlihat awam bahkan abai. Padahal, area hidung mestinya mendapatkan perawatan yang khusus.
Hidung memiliki peran sangat penting karena digunakan setiap saat tanpa henti untuk bernapas. Jika tidak mendapat perawatan yang pas maka fungsi hidung dapat terganggu. Bahkan, dalam beberapa kondisi hidung bisa sakit mulai dari polip, rhinosinusitis, rhinitis hingga kanker hidung.
“Risiko gangguan fungsi hidung ini tentu mengancam kesehatan manusia. Salah satu pekerja yang sangat rentan terkena berbagai sakit hidung adalah para pembatik,” ujar Cornelia Ancilla, mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, di Kampus, Senin (21/5).
Cornelia Ancilla menjelaskan banyak artikel penelitian menyebutkan jika asap lilin pada proses membatik mengandung akrolein dan produk-produk lain, seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen klorida, formaldehida, nitrit oksida, hidrogen sulfida, dan gas iritan. Selain itu, mengandung bahan-bahan kimia lain, seperti sodium hidroksida, sodium karbonat, sodium silikat, naftol, soda kaustik dan juga lilin atau malam.
“Nah, bahan-bahan inilah yang sesungguhnya membahayakan kesehatan hidung para pembatik, maupun masyarakat di daerah sekitar produksi batik seperti di Dusun Pembatik Bergan,” jelasnya.
Mengingat tingginya bahaya asap batik bagi kesehatan hidung maka ia bersama bersama empat mahasiswa UGM yang lain, yaitu Bernadeta Yosefani, Bintang Wijaya, Menuk Rizka Alauddina, dan Urfa Tabtila membentuk suatu Program Sadar Sehat Hidung. Program yang utamanya untuk masyarakat Dusun Bergan, Wijirejo, Bantul, ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa yang diadakan oleh Kemenristekdikti Bidang Pengabdian Masyarakat.
Dengan gerakan ini diharapkan Dusun Bergan akan menjadi dusun pembatik pelopor Gerakan Sadar Sehat Hidung. Sebagai bagian dari rangkaian program, tim PKM-M dibawah bimbingan dr. Luh Putu Lusy Indrawati, Sp.THT, M.Kes dan dr. Agus Surono Ph.D., M.Sc., Sp.THT, ini berhasil mengadakan pelatihan cuci hidung pada Minggu, 13 Mei 2018 di rumah Kepala Dusun Bergan.
Cornelia Ancilla lebih lanjut menyatakan kegiatan Gerakan Sadar Sehat Hidung dilaksanakan bekerja sama dengan PKK dan dihadiri 25 warga dari Dusun Pembatik Bergan. Kegiatan pelatihan cuci hidung diawali penyampaian materi mengenai pentingnya menjaga kesehatan hidung oleh dr. Veby Novri Yendri.
“Pada sesi ini, masyarakat sangat antusias dan bersemangat menanyakan beberapa hal terkait kesehatan hidung,” kata Lia panggilan akrab Cornelia Ancilla.
Setelah itu, kegiatan pelatihan dilanjutkan dengan demo cuci hidung yang dilakukan oleh Cornelia Ancilla selaku ketua tim dan Menuk Rizka Alauddina. Pada sesi ini masyarakat beramai-ramai praktek cuci hidung secara langsung dengan dibantu oleh tim UGM dengan bimbingan dr. Veby.
“Dengan menggunakan alat cuci hidung yang didesain sendiri oleh salah satu anggota tim ini, hampir semua masyarakat ingin mencoba karena bagi mereka cuci hidung merupakan hal baru yang unik dan juga bermanfaat,” kata Lia.
Menuk Rizka Alauddina, salah satu anggota tim UGM, berharap kegiatan yang diawali dari Dusun Bergan ini bisa mendapat dukungan dari masyarakat yang lebih luas. Dengan semakin luasnya dukungan maka akan semakin banyak orang sadar pentingnya kesehatan hidung.
Selain cuci hidung, beberapa program lain yang diusung para mahasiswa UGM adalah pengelolaan tanaman herbal untuk kesehatan terutama kesehatan hidung. Mengingat potensi yang dimiliki maka di Dusun Bergan ini lantas ditanami jahe merah.
“Kita berharap gerakan sadar sehat hidung ini dapat diterapkan dan disebarluaskan di berbagai daerah di Indonesia sehingga kesehatan hidung masyarakat dapat meningkat dan mengurangi prevalensi penyakit terutama penyakit saluran pernapasan,” papar Menuk. (Humas UGM/ Agung)