Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Tak hanya di Indonesia, penyakit ini menjadi keprihatinan di negara-negara beriklim tropis lainnya. Hal ini yang memantik negara-negara ASEAN menentukan tanggal 15 Juni sebagai hari deman berdarah Dengue se-Asean. Atau ASEAN Dengue Day. Mengambil tema Masyarakat ASEAN bersatu melawan dengue sebagai upaya meningkatkan kesadaran pemerintah dan masyarakat akan pentingnya tindakan pengendalian dan pencegahan DBD.
Di Yogyakarta, salah satu kelompok peneliti yang terus melakukan upaya penanggulangan dan pengurangan penyakit demam berdarah adalah Eliminate Dengue Project (EDP) Yogyakarta. Proyek penelitian dalam rangka mengurangi angka kematian akibat nyamuk Aedes aegypti ini menggunakan bahan bakteri alami Wolbachia untuk menghambat perkembangan virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Telur nyamuk yang sudah mengandung bakteri tersebut disebar di rumah-rumah penduduk di Kota Yogyakarta. “Saat ini kami telah menyebar nyamuk berwolbachia hampir separuh wilayah Kota Yogyakarta,” kata peneliti utama EDP, Prof. Adi Utarini, kepada wartawan, Jumat (8/6) di ruang Fortakgama UGM.
Meski masih dalam taraf penelitian, namun Adi Utarini yakin hasil penelitian ini nantinya bisa menjadi rujukan dalam upaya pengurangan kasus demam berdarah di Indonesia. “Meski ke depan kami berharap Wolbachia dapat juga menangani penyakit lainnya, tapi kami saat ini fokus dengan DBD,” paparnya.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, drg. Yudiria Amelia, menyebutkan kasus DBD pada tahun ini mengalami penurunan hingga bulan Mei terdapat 40 kasus demam dengue. Angka tersebut lebih sedikit dibanding periode yang sama pada tahun lalu yang mencapai 350 kasus. “Meski turun, namun pengendalian DBD tetap harus dijalankan,” ujarnya.
Sehubungan dengan adanya penurunan jumlah kasus DBD, pihaknya tengah bekerja sama dengan EDP Yogyakarta untuk melaksanakan studi untuk mengetahui dampak pelepasan nyamuk berwolbachia pada skala luas terhadap penurunan kasus DBD.
Studi ini melibatkan 17 puskesmas dan puskesmas pembantu di Kota Yogyakarat dan satu puskesmas di Kabupaten Bantul dengan merekrut pasien demam yang berobat ke puskesmas. Peneliti EDP lainnya, Riris Andono Ahmad, mengatakan sudah merekrut sekitar 1.408 responden hinga 7 Juni lalu dari target 10 ribu responden pada akhir tahun 2019 nanti. “Dari rekrutmen ini kita akan memproleh perbandingan kasus DBD di wilayah pelepasan wolbachia,” paparnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)