UGM bersama beberapa mitra mencoba menerapkan metode pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang ramah lingkungan dan tidak merusak kesehatan.
Metode ini dikembangkan sebagai alternatif terhadap pestisida serta campuran kimia lainnya yang dapat memberikan efek samping yang buruk bagi petani dan juga konsumen.
“OPT sangat merugikan petani karena bisa menurunkan produksi secara signifikan. Ini memang harus dikendalikan, tapi dengan pengendalian yang aman dan ramah lingkungan,” ujar Prof. Siti Subandiyah dari Pusat Studi Bioteknologi UGM yang terlibat dalam kerja sama penelitian ini.
Hal ini ia sampaikan dalam kegiatan field trial padi dan farmer group discussion dengan kelompok tani padi di Desa Jimbung, Kabupaten Klaten, pada Selasa (26/6).
Dalam penelitian ini, UGM bekerja sama dengan Wageningen University and Research (WUR) dan Koppert Biological System, keduanya dari Belanda, serta UPL Indonesia. Dalam penelitian ini mereka menggunakan agensia hayati yang bersifat antagonis terhadap penyebab penyakit.
Siti menjelaskan, tanaman padi yang merupakan sumber dari komoditas pangan pokok masyarakat Indonesia belum dapat diproduksi secara optimal, salah satunya karena kerap mengalami serangan organisme penganggu tanaman (OPT). Penyakit hawar daun bakteri, penyakit blas daun dan blas leher malai, serta penyakit busuk pelepah merupakan penyakit-penyakit penting yang merugikan produksifitas padi dengan kehilangan hasil mencapai lebih dari 40%.
Penggunaan pestisida yang dianggap sebagai solusi untuk masalah tersebut pun tidak jarang justru menimbulkan masalah-masalah baru yaitu berkembangnya OPT dengan ras atau strain baru yang tahan terhadap pestisida dan lebih sulit untuk dikendalikan, juga menyebabkan keracunan kumulatif bagi petani dan konsumen sehingga menurunkan kualitas kesehatan.
“Penyakit ini hampir selalu menimbulkan penurunan hasil dan terjadinya perkembangan strain baru sejalan dengan penggunaan varietas-varietas baru tanaman padi,” paparnya.
Penelitian serupa sebelumnya telah dilakukan para mitra di Yogyakarta, Subang dan Bogor. Hasil yang ditunjukkan selama ini cukup memuaskan maka kemudian dilakukan pula pengujian bersama kelompok-kelompok tani di Jember, Klaten dan Subang.
Prof. Anne Elings dan Dr. Marta Streminska adalah 2 peneliti dari WUR yang melakukan pengujian pengendalian hayati penyakit-penyakit padi di dalam fasilitas rumah kaca. Meski demikian, hasil penelitian di rumah kaca ini dirasa tidak cukup tanpa pengujian yang nyata di lapangan. Oleh karena itu, mereka menggandeng UGM untuk menerapkan program ini di beberapa lokasi sentra produksi padi.
Sementara itu, Koppert sendiri merupakan perusahaan global yang bergerak dalam penyediaan teknologi untuk pengendalian OPT secara terpadu dan mengutamakan penggunaan agens-agens pengendalian hayati terhadap OPT.
“Perusahaan ini ikut membantu memecahkan masalah penggunaan pestisida yang berlebihan untuk mengatasi OPT padi di Indonesia dengan produk-produk berupa formulasi agens-agens hayati untuk mendukung pertumbuhan dan kesehatan tanaman,” jelas Dr. Rick van der Pas selaku perwakilan dari Koppert.
Selain untuk ikut memecahkan masalah penyakit tanaman di lapangan, kerja sama ini juga dilakukan UGM untuk mendukung kegiatan akademik melalui program riset pascasarjana untuk peningkatan SDM dan peningkatan publikasi ilmiah tingkat internasional yang akan menempatkan UGM sebagai universitas riset berkelas dunia. (Humas UGM/Gloria)