Seniman kondang, Butet Kertaradjasa, dan biduan keroncong, Sundari Soekotjo, memeriahkan malam temu alumni MM FEB UGM, Sabtu (30/6) di selasar MM UGM. Temu alumni yang bertemakan cultural night ini dalam rangka rangkaian Dies Natalis ke-30 program studi MM FEB UGM.
Dalam penampilan monolognya, Butet menyindir bahwa saat ini sedang gandrung-gandrungnya banyak orang menyebutkan mereka para alumni, padahal bukan lulusan perguruan tinggi. Akibatnya, penyebutan nama alumni tersebut berkonotasi negatif karena adanya dukung mendukung menjelang tahun politik. “Untungnya alumni MM UGM tidak seperti itu karena mereka adalah intelektual yang cerdas, tahu mana benar, mana yang hoaks, mana yang tidak,”ujarnya.
Menurut Butet, kegiatan reuni biasanya bertujuan untuk melampiaskan kerinduan orang pada tempat didiknya sehingga menjadi orang yang bermakna dan berarti. “Acara reuni ini saya kira bukan acara kumpul-kumpul tapi membangun komunikasi dan persaudaraan antar sesama alumni, mirip seperti slogan bis kota, sesama alumni tidak boleh saling mandahului, tidak boleh bertengkar dan bermusuhan,” katanya.
Ia menambahkan UGM tidak hanya melahirkan akademisi dan intelektual tapi juga melahirkan negarawan. Dari pertemuan alumni ini bisa mempererat tali persaudaraan sekaligus menegaskan bahwa alumni memberi yang terbaik di tempat kerja masing-masing. “Kalau jadi pemimpin yang giat dan bersemangat, kerja… kerja. Negara ini masih membutuhkan ilmu dan pengabdian Anda sekalian, jangan pernah percaya Indonesia akan bubar 2030,”paparnya.
Selain Butet, artis kondang Sundari Soetkotjo menyanyikan lagu keroncong Rangkaian Melati. Sundari merupakan salah satu alumnus MM FEB UGM yang hadir dalam acara reuni tersebut. Sebelumnya, di hari yang sama Sundari juga menjadi nara sumber dalam diskusi Leadership Talk yang menceritakan pengalamannya yang kini lebih banyak menggeluti bisnis bersama anak semata wayangnya. Meski begitu, musik keroncong tetap digelutinya. “Saya mendirikan Yayasan Keroncong Indonesia, saya ingin membuka ruang untuk generasi muda mengenal, mencintai dan melestarikan musik keroncong. Kita tengah membuat bikin keoncong dengan menggabungkan genre dangdut, pop dan rock,” kata wanita asal Solo ini.
Ketua Umum Kafegama MM UGM, Ikang Fawzi, menuturkan kegiatan cultural night dipersiapkan untuk menjembatani para alumni bisa bertemu dan menjalin komunikasi satu sama lain. “Saya kira ini momen luar bisa untuk bisa bertemu. Dari pertemuan ini bisa memberi motivasi bagi alumni ketika kembali ke daerah masing-masing,”katanya.
Pengelola MM UGM Kampus Jakarta, Prof. Dr. Tandelilin Eduardus, MBA., mengatakan acara temu alumni dilaksanakan untuk memeriahkan tiga puluh tahun MM UGM dalam mendidik calon pemimpin bisnis di Indonesia. “Selama tiga puluh tahun para alumni telah mewarnai Indonesia dari Sabang sampai Merauke,”katanya.
Acara malam temu alumni ini ditandai dengan penyerahan kenang-kenangan para alumni kepada pengelola MM FEB UGM, pemberian kenang-kenangan berupa replika wayang dilakukan oleh Ikang Fawzi kepada Ketua Prodi MM UGM, Hany Handoko, MBA., Ph.D., disaksikan Pengelola MM UGM Kampus Jakarta, Prof. Tandellin Eduardus.(Humas UGM/Gusti Grehenson)