Pepaya merupakan salah satu tanaman yang paling banyak ditemui dan dikonsumsi di Indonesia. Selain untuk dinikmati buah dan daunnya sebagai pelengkap makanan, ternyata ada potensi lain dari pepaya yang bermanfaat bagi tubuh manusia.
Tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UGM menemukan potensi daun pepaya sebagai imunomodulator atau obat yang dapat memperkuat sistem imun.
“Kami sebenarnya terinspirasi dengan banyaknya fakta empiris tentang manfaat daun pepaya ini, misalnya sebagai jamu untuk nafsu makan, bahkan untuk tambahan pakan pada ternak unggas dan lele. Menurut mereka, nafsu makan pada hewan-hewan tersebut jadi lebih baik dan hewan menjadi tidak mudah sakit. Inilah yang ingin kami buktikan kebenarannya secara ilmiah.” Ujar Aprilia Layli Fauzia yang menjadi ketua tim.
Mahasiswa angkatan 2016 ini mengerjakan penelitian tersebut bersama dua rekannya, Fatah Nugroho, dan Reza Wahyudi, dengan dana hibah dari Dikti melalui Program Kreativitas Mahasiswa 2018. Dalam penelitian yang mereka lakukan sejak bulan April silam, ketiga mahasiswa berusaha melihat pengaruh pemberian ekstrak daun pepaya terhadap imunitas dengan pengamatan pada sel makrofag mencit.
Untuk melakukan penelitian ini, pertama-tama mereka membuat ekstrak daun pepaya dengan menghaluskan daun pepaya yang sebelumnya telah dikeringkan, kemudian diekstraksi menggunakan pelarut heksan serta etanol. Pembuatan ekstrak ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Terapi FKKMK UGM. Setelah itu, mereka melakukan pengujian kandungan saponin, tannin, dan flavonoid yang merupakan senyawa yang dapat menjadi immunomodulator.
Pada tahap pengujian, mereka mengambil sel makrofag dari peritoneum mencit untuk dilakukan uji fagositosis makrofag menggunakan latex dengan 7 kelompok uji, kemudian dari kelompok uji tersebut dilihat kemampuan makrofag dalam ‘memakan’ latex beads.
“Sel makrofag, sederhananya, dapat dianggap sebagai tentaranya tubuh. Dengan kata lain, ketika ada kuman atau bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh, makrofag inilah yang akan berusaha menghalangi dan memakannya sebelum menginfeksi sel-sel yang rentan,” jelas Aprilia.
Pemberian ekstrak daun pepaya, ujarnya, diharapkan dapat membuat aktivitas makrofag semakin meningkat sehingga semakin banyak kuman penyakit yang bisa dimakan. Menurut penelitian sebelumnya, senyawa yang terkandung pada daun pepaya dan memiliki khasiat ini adalah saponin dan tannin. Keduanya sudah lazim dimanfaatkan sebagai imunomodulator di pasaran namun dari sumber herbal yang lain, yaitu daun meniran.
“Pengujian kandungan tahap awal memberikan hasil yang sangat baik, bahkan kandungan tannin pada ekstrak daun pepaya mencapai lebih dari 90%.” Lanjut Aprilia.
Hasil pengujian tersebut, imbuhnya, menunjukkan bahwa daun pepaya berpotensi untuk dikembangkan sebagai alternatif obat imunomodulator yang murah. Tim yang dibimbing langsung oleh Prof. Dr. drh. Pudji Astuti, M.P. ini berharap penelitian ini dapat terus dikembangkan. (Humas UGM/Gloria)