Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil membuat peta taktual jalur evakuasi bencana tsunami untuk penyandang tuna netra.
“Peta taktual ini kami buat dan desain secara khusus bagi tuna netra dengan menggunakan huruf braille,” jelas Dyah Luhmayang, selaku ketua tim, Jumat (13/7) di UGM.
Pembuatan peta ini dilatarbelakangi atas keprihatinan mereka terhadap minimnya pelibatan penyandang tuna netra dalam berbagai pelatihan pengurangan risiko bencana di Desa Parangtritis, Bantul, Yogyakarta. Sementara kawasan Parangtritis merupakan daerah yang tergolong rentan bencana gempa berpotensi tsunami karena berada di dekat laut Samudera Hindia.
“Hal ini menjadikan kelompok penyandang tun netra yang tinggal di Desa Parangtritis sebagai salah satu kelompok yang sangat rentan terhadap bencana,” kata mahasiswi Departemen Pembangunan Wilayah ini.
Melihat kondisi ini Dyah bersama dengan Aisyah Novitarima (Teknik Geodesi), Dyah Luhmayang (Kartografi dan Penginderaan Jauh), Bima Indra Permana (Teknik PWK), dan Tio Tegar Wicaksono (Ilmu Hukum) berinisiatif menyusun peta taktual jalur evakuasi bencana. Pembuatan peta ditujukan agar para penyandang tuna netra di wilayah tersebut dapat melakukan penyelamatan secara mandiri apabila terjadi bencana.
Ide pengembangan peta ini mendapatkan apresiasi positif dari Kemenristekdikti dan mendapatkan bantuan dana hibah penelitian dan pengembangan melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat 2018.
Dalam proses pembuatan peta ini tim PKM-M UGM bermitra dengan LSM Dria Manunggal yaitu LSM yang memiliki fokus dalam pembuatan peta taktual di Indonesia. Pengembangan kegiatan ini dilakukan di bawah bimbingan dosen Fakultas Geografi UGM, Dr. Noorhadi Rahardjo, M.S., P.M.
Penyusunan peta ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang mereka lakukan di Desa Parangtritis sejak bulan April 2018 lalu. Mengangkat tema “Strategi Peningkatan Kapasitas Masyarakat Difabel Netra Menjadi Manusia Tangguh Bencana melalui Pembuatan Peta Taktual Jalur Evakuasi Bencana Tsunami di Desa Parangtritis”.
Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat penyandang tuna netra yang tangguh dalam menghadapi bencana. Selain membuat peta evakuasi bencana, kelimanya juga melakukan sosialisasi dan pelatihan pengurangan risiko bencana bagi penyandang tuna netra dan keluarganya beserta Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Desa Parangtritis. Dalam pelaksanaannya menggandeng mitra ASB Indonesia yaitu LSM yang berfokus pada isu kebencanaan terhadap difabel.
“Harapannya kegiatan seperti ini bisa diterapkan di berbagai daerah Indonesia lainnya,” tuturnya.
Sementara itu, Slamet Riadi, salah satu warga difabel netra yang tinggal di dusun Mancingan Desa Parangtritis, mengaku terbantu dengan dibuatnya peta taktual ini. Menurut dia peta taktual jalur evakuasi bencana tsunami ini dapat membantunya mengenali letak titik evakuasi apabila terjadi bencana gempa berpotensi tsunami.
Kehadiran peta taktual jalur evakuasi bencana tsunami dan kegiatan sosialisasi pengurangan risiko bencana yang dilakukan mahasiswa UGM ini juga disambut positif Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana, Suroso. Kedepan dia pun akan melibatkan para penyandang tuna netra dalam pelatihan pengurangan risiko bencana.(Humas UGM/Ika)