Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi wisata yang sangat besar, diantaranya keindahan alam yang terus dikembangkan yaitu Taman Tebing Breksi atau Tebing Breksi.
Meski objek wisata berbasis geoheritage berupa batuan tuff ini terus menyedot wisatawan dalam dan luar negeri, namun kondisi tebing mulai mengalami pelapukan dan perubahan warna akibat tumbuhnya lumut dan jamur. Hal tersebut tentu menurunkan nilai estetika objek wisata.
Kondisi tebing yang terus menurun tentu perlu diatasi agar eksistensi Tebing Breksi tetap terjaga. Adalah mahasiswa UGM yang kemudian menawarkan solusi untuk mempertahankan nilai estetika dari Tebing Breksi dengan melakukan bimbingan teknis aplikasi biofungisida.
Mereka adalah Nurlaili Rahmawati (Kimia 2015), Budi Prasetyojaty (Teknik Geologi 2016), Diah Ayu Puspitasari (Kimia 2015), Durrotunafisah (Geografi Lingkungan 2015), dan Ilmi Fathu Muhammad (Teknik Geologi 2015). Program ini mendapat bimbingan dari Drs. Iqmal Tahir, M.Si, staf pengajar dari Departemen Kimia, Fakultas Teknik UGM.
Durrotunafisah menjelaskan biofungisida merupakan salah satu formula untuk mempertahankan keaslian Tebing Breksi akibat pengaruh lumut dan jamur. Penggunaan biofungisida ini untuk meningkatkan efektifitas pengendalian, memudahkan dalam penyiapan bahan dan aplikasi serta lebih hemat biaya.
Adapun bahan-bahan pembentuk biofungisida ini mudah didapatkan di pasaran, yaitu cengkih, sereh, jahe, dan bakteri EM4. Bagi para pengelola Tebing Breksi, penggunaan biofungisida ini merupakan hal yang baru, sebab sebelumnya para pengelola menggunakan cara-cara mekanis yaitu pengikisan lapisan menggunakan amplas.
“Dengan pengamplasan dimaksud agar warna tebing sesuai dengan kondisi aslinya. Sayang, cara-cara ini kurang efektif karena lumut dan jamur tetap tumbuh dan lambat laun mengurangi volume Tebing Breksi karena dikikis. Sedangkan dengan aplikasi biofungisida menjadi cara tepat,” kata Durrotunafisah, di Kampus UGM, Selasa (17/7).
Rangkaian program bimbingan teknis aplikasi biofungisida dilaksanakan mulai dari sosialisasi kegiatan pada 1 Mei 2018. Pelatihan pembuatan biofungisida pada tenaga teknis konservasi di Tebing Breksi pada 7 Juni 2018.
Berikutnya berupa aplikasi biofungisida yang dilakukan pada 21 Juni 2018. Selanjutnya dilakukan pengawasan dari hasil biofungisida tahap pertama, yaitu pada 30 Juni 2018, yang memperlihatkan penggunaan biofungisida dapat membantu pengelupasan lumut dan jamur secara alami dan selanjutnya dapat mempertahankan warna asli dari Tebing Breksi.
“Program bimbingan teknis ini dinilai berhasil dan kita bersyukur karena pada akhirnya mendapat dana hibah dari Dikti melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat,” kata Durrotunafisah.
Saat ini, program ini terus dilaksanakan di Taman Tebing Breksi, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman. Program ini mendapat respons positif dari pengelola Tebing Breksi dan mereka telah mampu membuat biofungisida secara mandiri.
“Selain itu, telah terbentuk pula Divisi Penjaminan Mutu Tebing Breksi, yang bertugas mengoordinasikan perawatan Tebing Breksi menggunakan biofungisida,” imbuh Durrotunafisah. (Humas UGM/ Agung)