Bayi kurang bulan atau kecil masa kehamilan (KMK) masih menjadi salah satu persoalan kesehatan yang dihadapi Indonesia.
Data WHO tahun 2012 mencatat Indonesia termasuk dalam 11 negara dengan kelahiran kurang bulan lebih dari 15 % dan termasuk dalam 10 negara dengan jumlah bayi dengan KMK tertinggi dunia.
“Bayi KMK berisiko tinggi mengalami kematian neonatal, salah satunya disebabkan distres respirasi,” kata dr. Ekawaty Lutfia Haksari, MPH., Sp.A(k) saat ujian terbuka program doktor di FKKMK UGM, Rabu (18/7).
Sementara itu, analisis distres respirasi bayi KMK masih kontroversial. Melihat kenyataan tersebut staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan Anak FKKMK UGM ini berusaha meneliti lebih mendalam update kurva bayi baru lahir, kematian neonatal, serta distres respirasi dan komplikasinya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan update kurva bayi baru lahir di Yogyakarta diperoleh sejumlah fakta. Berdasar kurva bayi baru lahir data setempat, kematian neonatal pada kriteria berat lahir dengan multivariat diperoleh hazard ratio tertinggi pada bayi berat lahir rendah KMK.
Sementara dari kriteria usia kehamilan, KIK, dan hazard ratio tertinggi pada kurang bulan-KMK. Selanjutnya, pada total distres respirasi didapatkan kurang bulan-KMK tertinggi pada lama rawat inap, penggunaan ventilator dan KIK kematian neonatal berdasar usia kehamilan.
“Karenanya update kurva bayi baru lahir lebih sesuai dan penting untuk klasifikasi bayi KMK dan identifikasi bayi yang memerlukan perhatian,” tuturnya. (Humas UGM/Ika)