Ethics Teacher’s Training Course (ETTC) resmi dibuka pada Senin (30/7) di ruang seminar lantai 5 Sekolah Pascasarjana UGM. Pelatihan ini diinisiasi oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) agar peserta mampu menguasai etika ilmu serta bioetika.
Kegiatan ini merupakan agenda rutin dua kali setahun yang diselenggarakan UNESCO di berbagai regional. “Untuk kegiatan yang terlaksana di Sekolah Pascasarjana ini adalah ETTC regional Asia Pasifik,” ujar Nur Azid Mahardinata, selaku sekretaris pelaksana acara.
Alasan pemilihan Indonesia sebagai tuan rumah ETTC tahun ini, menurut Azid, karena belum ada universitas resmi dengan progam studi bioetika. “Sebab itulah UNESCO melalui ETTC ini ingin memperkenalkan pentingnya kajian etika ilmu serta bioetika di Indonesia,” ungkapnya.
Sasaran dari pelatihan ini adalah para tenaga pendidik. Tenaga pendidik atau dosen memliki posisi strategis untuk menyebarkan ilmu kepada murid atau mahasiswanya. Dengan demikian, proses transfer pengetahuan tentang bioetika ini akan mengalir dengan sendirinya.
Azid menjelaskan kajian bioetika ini sebenarnya banyak digeluti oleh akademisi di bidang medika. Oleh karena itu, wajar jika mayoritas peserta berasal dari kedokteran. Namun demikian, ada juga beberapa peserta dengan latar belakang sosial turut serta dalam pelatihan. “Ada yang dari sosiologi, ilmu bahasa, filsafat, dan hukum juga,” tuturnya.
Kegiatan ETTC ini akan berlangsung selama lima hari hingga 3 Agustus. Azid menjelaskan nantinya peserta akan diberi pelatihan mengenai berbagai metode pengajaran. “Hal itu meliputi diskusi kelas, presentasi, hingga debat,” jabarnya.
Selain itu, peserta juga akan diajak untuk membagikan pengalamanya selama mengajar anak didiknya. Peserta juga akan diminta untuk mempraktikkan apa yang telah didapatnya selama pelatihan. “Nantinya peserta akan melakukan presentasi satu per satu dalam sebuah simulasi pengajaran yang dibuat instrukturnya,” ungkap Azid.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, dalam sambutannya, menyatakan rasa terima kasih kepada UNESCO karena telah memberi kesempatan kepada UGM untuk menjadi tuan rumah. Ia berharap dengan adanya ETTC, tema etika ilmu dan bioetika akan semakin dikenal di Indonesia. “Dengan demikian kesadaran akan keduanya akan semakin berkembang untuk masa depan yang lebih baik,” harapnya. (Humas UGM/Hakam)