Kabupaten Lombok Timur adalah kabupaten dengan luas wilayah terbesar di Pulau Lombok yaitu 1.605,6 km² dengan jumlah desa dan kelurahan terbanyak se-NTB yaitu 254 desa/ kelurahan. Data BPS tahun 2016 juga menyebut Kabupaten Lombok Timur memiliki jumlah penduduk terbanyak se-NTB, yaitu 1.173.781 jiwa dengan 344.358 rumah tangga.
Tingginya jumlah penduduk yang berdomisili di ibu kota Kabupaten Lombok Timur, teruma Kota Selong dan beberapa kecamatan sekitar Kecamatan Sukamulia, Masbgaik dan Labuhan Haji, memicu timbulnya permukiman padat yang menyebabkan tekanan terhadap kualitas lingkungan. Turunnya kualitas lingkungan karena meningkatnya kebutuhan penduduk akan air bersih yang sehat, sistem drainase dan kondisi fasilitas MCK.
“Semua berpotensi menyebabkan terjadinya kerentanan air tanah terkait polusi dan kontaminasi yang berasal dari limbah domestik,” ujar Baiq Liana Widiyanti, S.Si., M.Si saat menjalani ujian terbuka program doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, Jumat (26/10).
Hasil pemantauan rumah tangga ber-PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Kabupaten Lombok Timur ditemukan hanya 44,33 persen yang telah menerapkan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Hal ini menunjukkan perilaku masyarakat terhadap sanitasi lingkungan masih rendah dan banyak kejadian penyakit menular termasuk water borne disease di saat memasuki musim penghujan.
“Pudarnya kegiatan gotong-royong masyarakat dalam membersihkan lingkungan, terutama di kompleks perumahan dan kantong-kantong pemukiman. Karena itu, perlu dilakukan analisis mendalam terhadap faktor dominan perilaku masyarakat terhadap sanitasi lingkungan yang berdampak langsung terhadap kualitas air tanah di daerah penelitian, terutama dari aspek budaya,” katanya.
Melakukan penelitian ini dilakukan di daerah Masbagik, Sukamulia dan Labuhan Haji. Hasil penelitian dosen Fakultas Geografi Universitas Hamzanwandi ini memperlihatkan kualitas air tanah termasuk jelek karena nilai dari semua parameter tidak berada dalam kelas yang sama untuk kelas kesesuian berdasarkan peruntukan sebagai bahan baku air minum. Sedangkan perilaku masyarakat terhadap sanitasi lingkungan termasuk dalam kategori baik.
“Tingkat pengetahuan cukup tinggi, sikap dan keyakinan termasuk dalam kategori baik, hanya pada tataran tindakan praktis masih terjadi kontradiksi,” sebutnya.
Dalam disertasi yang berjudul Strategi Promosi Kesehatan Masyarakat Mengenai Sanitasi Lingkungan Terkait Kualitas Air tanah di Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat, Liliana Widiyanti menyebut faktor paling dominan dalam perilaku sanitasi masyarakat yang bedampak langsung pada kualitas airtanah di daerah penelitian adalah enabling factor yaitu masalah ekonomi.
Strategi promosi kesehatan lingkungan berdasarkan karakteristik masyarakat setempat dalam meningkatkan perilaku masyarakat dilakukan dengan health education. Health Education dilakukan dengan memanfaatkan media massa lokal sebagai distributor sekaligus agen promosi.
“Sedangkan alat untuk mempromosikan perilaku sehat kepada masyarakat adalah dengan menggandeng tokoh agama sebagai kader dalam kegiatan promosi kesehatan,” ungkapnya.
Dari kajian yang dilakukan, Liana Widiyanti memberi saran dilakukan kegiatan pemantauan kualitas air tanah secara kontinu dari pihak Dinas Kesehatan, BPLHPM dan Puskesmas. Selain itu, juga melakukan kerja sama dengan stake holder untuk menyediakan fasilitas sanitasi dengan teknologi sederhana, harga terjangkau serta usaha untuk menyosialisasikannya di masyarakat luas. (Humas UGM/ Agung)