Inovasi diyakini sebagai jalan yang harus ditempuh untuk mewujudkan pendidikan berkualitas, meskipun dalam kenyataannya tidak selalu menghadirkan keharmonisan. Sebagai gagasan, praktik atau objek yang dianggap baru oleh individu atau unit, kehadiran inovasi tidak selalu gayung bersambut dengan kemauan sekitar.
Bahkan, kehadiran inovasi terkadang yang sudah mulai berkembang tidak bertahan lama karena berbagai sebab. Mulai dari masalah kepemimpinan, keterbatasan dana, hingga aspek budaya kerja lama yang tidak mudah diubah.
“Karena itu diperlukan berbagai upaya untuk menemukan pola dan sinergi positif antar berbagai elemen masyarakat dan pemerintah agar kehendak untuk menyelenggarakan pendidikan berkualitas dapat terselenggara di banyak tempat dan menjadi sebuah sikap budaya,” ucap Mohammad Sulthon Amien, di Auditorium Sekolah Pascasarjana UGM, Selasa (15/1).
Sejalan dengan cita-cita lulur yang berorientasi pada kualitas tersebut, kata Sulthon, pemerintah mencanangkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai kebijakan strategis dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang sesuai perkembangan zaman. SNP ini juga menjamin kesempatan pemerataan pendidikan, meningkatkan mutu guru, meningkatkan kualitas manajemen dan fasilitas pendidikan. Terkait hal ini, pemerintah mendorong berbagai inovasi, antara lain melalui akreditasi, program percepatan belajar (akselerasi), sekolah bertaraf internasional (SBI) dan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI), pendidikan inklusif dan pendidikan karakter.
“Keterlibatan pemerintah dalam menumbuhkan inovasi tersebut dapat diilustrasikan seorang tukang kebun yang memfasilitasi artikulasi dan implementasi inisiatif inovasi sehingga dapat menciptakan masyarakat yang kreatif dan reseptif dengan berbagai pendekatan. Peran pemerintah sebagai tukang kebun tersebut menunjukkan betapa pentingnya peran kepemimpinan dalam mendorong inovasi dan menumbuhkan budaya organisasi,” ujar Direktur Utama PT. Agro Mulia tersebut saat menempuh ujian doktor Program Studi Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan, Sekolah Pascasarjana UGM.
Seiring upaya pemerintah mendorong inovasi di bidang pendidikan, muncul sekolah negeri dan swasta, khususnya sekolah alam yang menangkap peluang. Sekolah Alam Jawa Timur (SEJATI) merupakan salah satu sekolah yang menyediakan layanan pendidikan inovatif dan kreatif.
Berbagai inovasi yang dibangun di SD SEJATI sejak berdiri diantaranya penumbuhan budaya kenyamanan pada anak dalam belajar dan pemberian peran orang tua untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Selain itu, memanfaatkan lingkungan terdekat sebagai media pembelajaran dan mengintegrasikan kecakapan hidup dengan memanfaatkan media dan teknologi informasi.
Mempertahankan disertasi Inovasi Implementasi Standar Nasional, Pendidikan (SNP): Peran Kepemimpinan dan Budaya Sekolah Untuk Peningkatan Kualitas Sekolah, promovendus berkesimpulan kepemimpinan direktif melahirkan pengembangan inovasi melalui keputusan inovasi otoritatif (authoritative innovation-decision). Kondisi ini menciptakan tahapan inovasi yang unik, yaitu keputusan-implementasi-pengetahuan-persuasi-konfirmasi.
“Keputusan inovasi yang autoritatif ini menjadikan proses implementasi cepat dan menjadikan adopsi sebagai sesuatu yang ‘harus dilakukan’. Implementasi inovasi tetap ‘jalan’ karena kontrol dan pengawasan dari pimpinan,” katanya.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa di SEJATI terdapat 11 jenis inovasi, 6 masuk pada Standar Proses dan 5 pada Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK). Pengembangan inovasi di SEJATI dilakukan dalam bentuk pelibatan guru dan orang tua, peningkatan ragam metode dan aktivitas, peningkatan frekuensi kegiatan, integrasi inovasi dalam pembelajaran, strukturisasi kegiatan, pemberian tugas tambahan pada PTK serta pemberian reward pada pendidik.
“Pimpinan sekolah memiliki peran utama dalam membentuk budaya di SEJATI. Pimpinan berperan melahirkan, menyosialisasikan dan memelihara nilai dan kepercayaan sebagai salah satu elemen budaya,” tandasnya. (Humas UGM/ Agung)