Prof. Dr. Purnomo, M.S., dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Taksonomi Tumbuhan, Selasa (19/3) di Balai Senat UGM.
Menyampaikan pidato ilmiah berjudul Perkembangan Kajian Taksonomi dan Peranannya dalam Budi Daya Tumbuhan, Purnomo mengatakan perlunya kajian taksonomik atau sistematik hingga biosistematik bagi semua spesies tumbuhan. Terlebih, spesies tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi tanaman budi daya tertentu.
“Hal tersebut perlu dilakukan mengingat Indonesia merupakan negara tropis yang menyimpan banyak plasma nutfah tumbuhan,” kata dosen Fakultas Biologi UGM.
Menurutnya, penelitian terkait dengan klasifikasi, tata nama identifikasi, serta hubungan kekerabatan tanaman budi daya juga penting dilakukan. Penelitian perlu dilakukan baik sebelum maupun setelah budi daya tumbuhan.
Tak hanya itu, klasifikasi botanis dan klasifikasi interspesies baik formal ataupun bebas juga diperlukan. Langkah tersebut penting diupayakan sebab kajian tersebut menjadi dasar pemuliaan tumbuhan budi daya dan konservasi hayati suatu spesies tumbuhan. Sementara untuk model tumbuhan yang digunakan tergantung pada ketertarikan peneliti.
Riset biosistematika tumbuhan khusus umbi uwi (Dioscorea spp.) telah banyak dilakukan sejumlah peneliti dan menghasilkan klasifikasi intraspesies tanaman uwi. Sementara Purnomo dalam risetnya di tahun 2012 berhasil menemukan grup kultivar berumbi putih, putih kemerahan (Sumatera), kuning, ungu, ungu muda (Sulawesi), dan grup kultivar berumbi bulat (Sulawesi), bulat memanjang, spiral, dan tak beraturan.
Riset keragaman genetik dan klasifikasi intraspesies berdasar penanda morfologis telah dilakukan pada tahun 2015 untuk tanaman gembolo (D. Bulbifera) dan hasilnya menunjukkan bahwa terdapat grup kultivar gembolo berumbi putih dan kekuningan. Kemudian, klasifikasi kultivar tanaman gembili (Dioscorea esculenta) juga dilakukan di tahun 2017 dengan hasil klasifikasi menjadi grup kultivar berumbi putih (gembili ketan), putih kekuningan (gembili jewot), dan ungu muda.
Pengembangan riset biosistematika untuk kebutuhan pemuliaan tanaman juga banyak dilakukan. Salah satunya pengklasifikasian D. alata di Myanmar menjadi golongan diploid, teraploid, hexaploid, dan heptaploid yang berkaitan dengan ukuran maksimal umbi. Purnomo juga berhasil mengidentifikasi spesies dan kultivar D. Alata berdasarkan karakter stomata, trikoma daun , anatomis umbi, dan daun. (Humas UGM/Ika; foto:Firsto)