Sampah plastik merupakan persoalan lingkungan yang dihadapi masyarakat Indonesia dan dunia. Sampah plastik kini juga menjadi salah satu sumber pencemaran di tengah masyarakat.
Tak terkecuali sampah plastik yang berada di Pantai Trisik, khususnya di Dusun Sidorejo. Sampah-sampah tersebut disinyalir berasal dari Muara Sungai Progo dan kunjungan wisatawan.
Keberadaan sampah-sampah ini lantas menggugah beberapa mahasiswa UGM untuk memberikan pelatihan ecobrick kepada Karang Taruna Jangkar Muda. Dengan pelatihan ini diharapkan mampu mengurangi sampah plastik dengan teknologi ecobrick.
“Pantai Trisik adalah salah satu destinasi wisata yang ada di Kabupaten Kulonprogo. Tentu akan berpengaruh pada kunjungan jika masalah ini tidak teratasi,” ujar Rifa Syahdil Achsan, salah satu tim mahasiswa UGM, Selasa (21/5) di Kampus UGM.
Pelatihan Ecobrick oleh mahasiswa UGM dilaksanakan pada Sabtu (4/5) lalu. Tim mahasiswa UGM terdiri dari Rifa Syahdil Achsan (Geografi), Hanifah Makarim, Syifa Hana Agristya, M. Galang Ramadhan Al Tumus (Geografi) dan Abdul Hafish (Teknik).
Rifa Syahdil menjelaskan ide mengatasi sampah muncul dari permasalahan yang dikemukakan oleh masyarakat secara langsung kepada tim mahasiswa UGM. Setelah melakukan observasi di lapangan maka tim UGM menawarkan solusi berupa ecobrick.
Ecobrick sendiri merupakan batu bata ramah lingkungan yang dibuat dengan bahan dasar limbah plastik. Ditunjuknya Karang Taruna Jangkar Muda karena karang taruna ini sebagai penggerak pemuda di Pantai Trisik.
“Pelatihan ecobrick ini juga sebagai salah satu kegiatan dalam rangkaian program kreativitas mahasiswa bidang pengabdian masyarakat (PKM-M) UGM 2019,” katanya.
Edi Yulianto selaku Ketua Karang Taruna Jangkar Muda mengaku para anggota karang taruna sangat antusias mengikuti pelatihan. Menurutnya, permasalahan sampah di Pantai Trisik perlu penanganan segera.
Edi berharap para anggota Karang Taruna Jangkar Muda dan generasi muda lainnya bisa menginspirasi pada banyak pihak untuk mengikuti program pembuatan ecobrick. Dengan cara-cara seperti ini, katanya, masyarakat diharapkan memiliki kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah.
“Pengelolaan sampah yang dimaksud adalah tidak hanya dengan membuang sampah di tempat sampah, namun juga mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat,” ucap Edi.
Hanifah Makarim menambahkan pelatihan ecobrick ini menjadi ilmu baru bagi masyarakat di Pantai Trisik dan menjadi suatu terobosan untuk menyelesaikan permasalahan sampah. Dengan pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengelola sampah yang ada di kawasan pariwisata Pantai Trisik.
“Melalui pelatihan ecobrick ini masyarakat juga memiliki harapan agar ecobrick menjadi suatu keunikan dari pariwisata Pantai Trisik dan dapat sebagai pelopor wisata ecobrick di Kabupaten Kulonprogo,” harapnya. (Humas UGM/ Agung)