Sampah menjadi masalah yang menimpa hampir di seluruh daerah di Indonesia. Penumpukan sampah disamping menimbulkan bau yang tidak sedap, juga menjadi sarang munculnya penyakit.
Masalah inipun dihadapi warga Dusun Kuden, Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul. Dusun ini memiliki tutupan lahan yang didominasi oleh vegetasi dan lahan pertanian. Dominasi tutupan lahan ini menghasilkan sampah organik, seperti seresah dan sisa hasil pertanian.
Sayang, sejauh ini masyarakat Kuden mengatasi dan mengolah sampah dengan cara membakar. Cara-cara ini tentu menghasilkan polusi dan lingkungan terlihat kotor. Kondisi inipun diperparah dengan adanya penataan dusun yang kurang rapi dan terkesan kumuh.
Profesi masyarakat Kuden yang sebagian besar adalah petani dan pengrajin batu bata memperlihatkan pada penghasilan yang minim. Meski memiliki waktu luang yang cukup setelah bekerja di sawah, ladang maupun dari lokasi pembuatan batu bata, permasalahan sampah dan lingkungan di dusun ini belum dapat teratasi dengan baik.
“Ya karena mereka belum memiliki program untuk mengatasi masalah tersebut,” ucap Naufal Fattah Tastian dari Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat UGM tahun 2019.
Tim ini pula menawarkan solusi untuk masyarakat Dusun Kuden dengan program bina lingkungan reaktor cacing guna mengatasi masalah sampah.
Tim PKM-M mahasiswa UGM yang terdiri dari Naufal Fattah Tastian, Cahyadi Ramadhan, Najmah Munawaroh, Yustika Istifari dan Rahma Aulia Zahra, ini memanfaatkan keberadaan sampah organik menggunakan Reaktor Cacing. Dengan potensi yang ada berupa seresah dan sisa hasil pertanian dimanfaatkan sebagai input reaktor cacing yang dapat menghasilkan pupuk organik dan cacing.
“Penggunaan reaktor cacing ini sangat mudah dilakukan dengan cara memasukkan sampah organik ke dalam reaktor yang berbentuk tabung dan terbuat dari bambu,” ujar Naufal, di Kampus UGM, Jumat (21/6).
Dia menjelaskan bila proses penguraian akan terjadi di dalam reaktor dan menghasilkan pupuk organik serta mengundang berbagai dekomposer masuk ke dalamnya, termasuk cacing. Pupuk dan cacing yang ada diharapkan dapat dimanfaatkan untuk membantu mengembangkan pertanian.
Lebih jauh Naufal menjelaskan program bina lingkungan yang dilakukan oleh Tim PKM-M UGM tahun 2019 di Dusun Kuden tidak hanya sebatas pada pengelolaan sampah organik, namun juga pada pengelolaan sampah anorganik. Tim pun memberikan pelatihan pengelolaan sampah anorganik pada Rabu (19/5) lalu kepada ibu-ibu di Dusun Kuden dengan memanfaatkan sampah kemasan plastik menjadi media tanam.
Dengan media tanam seperti ini diharapkan dapat menggantikan polybag bagi bibit tanaman palawija. Adapun pupuk yang digunakan merupakan pupuk hasil reaktor cacing dan hasil dari tanaman tersebut dapat dimanfaatkan untuk konsumsi pribadi masyarakat Kuden dan dapat dijual untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Program bina lingkungan Dusun Kuden oleh Tim PKM-M UGM dengan bimbingan Prof. Dr. Suratman Worosuprojo, M.Sc ini diharapkan terus berlanjut dan direncanakan menjadi program unggulan sehingga Dusun Kuden dapat menjadi pionir bagi dusun-dusun lain di sekitarnya, sebab masyarakat Kuden sendiri memberikan respons yang positif terhadap program bina lingkungan ini.
“Kepala Dusun Kuden pun mengharapkan adanya keberlanjutan dan pengembangan program sehingga kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan pengelolaan sampah menggunakan reaktor cacing semakin optimal,” kata Naufal. (Humas UGM/ Agung)