Pada umumnya perguruan tinggi menghadapi dua kendala saat menghilirkan hasil-hasil penelitiannya. Dua kendala tersebut yaitu pertama menyangkut soal pembiayaan (dana) dan kedua regulasi.
Banyak pihak berharap regulasi pemerintah mendukung untuk hilirisasi produk-produk hasil penelitian. Sebab, banyak produk yang secara ilmiah teruji dan secara klinis bisa diselesaikan ujinya, tetapi dikarenakan regulasi tidak mendukung maka mengalami kesulitan bersaing dengan produk-produk yang sudah beredar terlebih dulu.
“Demikian juga beratnya proses untuk sertifikasi yang harus menjadi perhatian pemerintah. Misalnya beredarnya bahan baku atau kebutuhan bahan baku obat. Indonesia sebetulnya soal bahan baku sudah ada, tetapi untuk dibuat obat belum ada sertifikasinya maka kesulitan di saat akan masuk pabrik obat. Sementara bahan-bahan baku obat yang dari luar negeri begitu dipercaya sudah disertifikasi sehingga sampai di sini tinggal dibuat,” kata Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, di ruang Rektor UGM, Selasa (16/7) saat menyaksikan kerja sama UGM dan AKR Corporindo soal pengujian dan pengembangan tahap lanjut Ina Stent.
Kerja sama UGM dan AKR Corporindo soal pengujian dan pengembangan tahap lanjut Ina Stent dilakukan oleh Presiden Direktur PT. AKR Corporindo Tbk, Haryanto Adikoesoemo, dan Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM, Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M. Dari kerja sama ini diharapkan adanya partisipasi pendanaan pihak industri dalam pengujian dan pengembangan tahap lanjut untuk percepatan proses penghiliran inovasi karya anak bangsa berupa stent koroner atau ring jantung.
Dengan inovasi karya anak bangsa berupa INA stent diharapkan dapat mengatasi masalah kardiovaskuler di masyarakat. Dengan dukungan pendanaan pihak industri bisa dilakukan uji klinis tahap lanjut pemasangan stent koroner atu ring jantung karya anak bangsa pada manusia (first in human).
Haryanto Adikoesoemo, Presiden Direktur PT. AKR Corporindo Tbk, selaku pihak industri yang memberikan dana 2 miliar untuk pelaksanaan uji klinis dalam kerja sama ini menyatakan INA Stent merupakan karya yang menjadi kebanggaan Indonesia. Karya ini membuktikan putra putri bangsa mampu membuat stent koroner atau ring jantung made in Indonesia.
“Ini suatu kebanggaan, suatu bantuan untuk masyarakat sehingga untuk pemasangan stent bisa lebih terjangkau. Dengan begitu, masyarakat Indonesia bisa lebih sehat lagi dan lebih produktif dalam hidup mereka,” katanya. (Humas UGM/ Agung; foto: Firsto)