Mata pelajaran matematika hingga kini dinilai masih sebagai pelajaran yang sulit. Oleh karena itu, perlu dicarikan strategi belajar yang tepat agar banyak siswa lebih mudah memahami mata pelajaran ini.
Berliana Henu Cahyani, S.Psi., M.Psi, dosen Fakultas Psikologi, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta, berpendapat salah satu strategi yang yang dapat diterapkan siswa dalam belajar matematika adalah melalui belajar berdasar regulasi. Dengan strategi ini, menurutnya, siswa akan mengarahkan diri untuk mencapai tujuan belajar dengan berpartisipasi aktif secara kognitif dan motivasi perilaku.
“Demikian penelitian yang saya lakukan, bagaimana mengkaji faktor internal yang berperan terhadap belajar berdasar regulasi diri matematika,” tutur Berliana, di Fakultas Psikologi UGM, Senin (29/7).
Melaksanakan ujian terbuka Program Doktor Fakultas Psikologi UGM dengan disertasi Model Belajar Berdasar Regulasi Diri Matematika Pada Siswa SMA, Berliana mengungkapkan bila tujuan penelitian yang ia lakukan adalah menguji teoretis soal peran persepsi pengelolaan kelas, orientasi tujuan penguasaan, kemampuan memecahkan problem terhadap belajar berdasar regulasi diri matematika melalui rasa memiliki sekolah.
“Penelitian dilakukan terhadap 165 siswa kelas XI IPA dari delapan sekolah negeri di Kabupaten Sleman yang berlokasi di desa, sub urban, aglomerasi dan bufferzone. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan multi stage cluster random sampling,” katanya.
Sementara instrumen pengukuran yang digunakan adalah skala belajar berdasar regulasi diri, skala rasa memiliki sekolah, skala pengelolaan kelas, skala orientasi tujuan penguasaan dan skala kemampuan memecahkan problem. Dari analisis data menggunakan Structural Equational Modeling (SEM) maka hasil penelitian menunjukkan bila model teoretis yang diajukan dalam penelitian diterima dan didukung data empiris.
“Persepsi pengelolaan kelas dan kemampuan memecahkan problem berperan langsung terhadap orientasi tujuan penguasaan, sedangkan kemampuan memecahkan problem dan orientasi tujuan penguasaan berperan langsung terhadap belajar berdasar regulasi diri matematika,” ucap Berliana.
Ia menyimpulkan bila orientasi tujuan penguasaan berperan sebagai mediator antara persepsi pengelolaan kelas dan kemampuan memecahkan problem terhadap belajar berdasarkan regulasi diri matematika, sedangkan persepsi pengelolaan kelas dan kemampuan memecahkan problem berperan langsung terhadap rasa memiliki sekolah.
“Dari penelitian ini disimpulkan juga bila rasa memiliki sekolah tidak berperan sebagai mediator antara persepsi pengelolaan kelas, orientasi tujuan penguasaan, kemampuan memecahkan problem terhadap belajar berdasar regulasi diri matematika,” ucapnya.
Dari penelitian ini pula, Berliana menyarankan pihak sekolah dapat memberi dukungan dalam proses belajar mengajar matematika agar belajar berdasar regulasi diri dapat berkembang lebih optimal, misalnya melalui peningkatan fasilitas belajar mengajar, meningkatkan kualitas guru dalam mengelola kelas dengan mengikutsertakan para guru dalam kegiatan pelatihan peningkatan kompetensi dan membantu mengatasi pemecahan problem siswa. Untuk peningkatan fasiltas pendukung proses belajar mengajar, misalnya dengan meningkatkan fasilitas teknologi dan informasi, pemanfaatan website untuk media informasi dan belajar siswa. (Humas UGM/ Agung)