Stres di kalangan siswa semakin menggejala dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah studi menunjukkan bahwa bidang akademik menjadi sumber utama stres pada siswa. Dari 4 siswa terdapat 1 siswa yang mengalami stres akademik tinggi.
Stres akademik disebabkan dari berbagai faktor, seperti besarnya beban tugas, terlalu banyak materi yang harus dipelajari, kebutuhan siswa untuk berprestasi akademik, tuntutan akademik yang diperkuat tekanan orang tua, sekolah, dan teman sebaya. Selain itu, juga kondisi kelas serta tidak mendukungnya sumber-sumber yang ada untuk meraih prestasi akademik dan faktor budaya.
“Stres akademik yang dialami siswa sebagai dampak tuntutan, tekanan, beban akademik yang melebihi kapasitas membutuhkan optimalisasi sumber daya individu untuk menghadapi dan mengatasinya, salah satunya dengan afek positif,”papar Kartika Nur Fatahiyah, Selasa (30/7) saat menjalani ujian terbuka program doktor di Fakultas Psikologi UGM.
Afek positif disebutkan dosen Jurusan Psikologi UNY ini sebagai pengalaman subjektif seseorang yang menyenangkan dan menunjukkan kondisi energi tinggi, konsentrasi penuh, dan siaga. Afek positif berperan dalam mendorong kesuksesan di berbagai bidang kehidupan. Selain itu, juga menjadi komponen kunci penilaian dan cara menghadapi tekanan yang efektif menghadapi situasi penuh tekanan karena mampu mengembangkan ketahanan psikologis untuk tumbuh dan keluar dari situasi yang merugikan.
Melakukan penelitian pada 724 siswa SMP di Kabupaten Sleman, Kartika berusaha menggali lebih dalam peran afek positif dalam memperluas dan membangun sumber-sumber pertahanan diri personal. Hasilnnya menunjukkan bahw afek positif tidak berpengaruh terhadap stres akademik melalui koping proaktif dan orientasi tujuan penguasaan. Hal ini disebabkan tidak adanya pengaruh koping proaktif dan orientasi tujuan penguasaan.
“Meski afek positif berpengaruh pada koping proaktif dan orientasi tujuan penguasan berpengaruh terhadap stres akademik, tetapi tidak adanya pengaruh koping proaktif terhadap orientasi tujuan penguasaan menjadikan afek positif tidak berpengaruh pada stres akademik,” urainya. (Humas UGM/Ika; foto:republika.co.id)