Universitas Gadjah Mada dan Borneo Orangutan Survival Foundation sepakat melakukan kerja sama bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Naskah kesepakatan kerja sama ditandatangani oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., dan Dr. Ir Jamartin Sihite selaku Chief Executive Officer Borneo Orangutan Survival Foundation.
Sebagai yayasan yang memiliki kegiatan usaha merehabilitasi dan mereintroduksi serta melakukan perawatan kesehatan terhadap satwa liar, khususnya orang utan serta mengelola dan merehabilitasi lahan habitat orang utan, Borneo Orangutan Survival Foundation dalam kerja sama ini membuka diri untuk penelitian banyak hal.
Sebagaimana disampaikan Jamartin Sihite, Borneo Orangutan Survival sebagai pusat penelitian banyak hal telah menghasilkan banyak master dan doktor. Dengan bekerja sama dengan UGM yang memiliki beberapa klaster maka semakin membuka kesempatan melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat secara bersama.
“Kita membuka diri untuk kegiatan mahasiswa praktik kerja dan bisa dilakukan di tempat kami,” ujarnya di ruang Rektor UGM, Rabu (6/11).
Dari kerja sama ini, katanya, kalaupun nantinya tidak memiliki keinginan untuk meneliti orang utan, setidaknya mereka bisa melihat ada opsi pekerjaan, ada opsi bidang keahlian yang mungkin tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Oleh karena itu, Borneo Orangutan Survival mengajak banyak universitas yang ada di Indonesia untuk membangun dan memberdayakan generasi muda.
“Harapan kedepan bisa bergandeng tangan dalam pengabdian masyarakat, ada banyak desa-desa sekitar hutan. Kampus adalah pusat inovasi, teknologi yang sangat bermanfaat untuk konservasi kami. Meski kami di hutan dan mengelola soal orang utan, tapi kerja sama tidak sebatas soal kehutanan tapi juga meliputi biologi, kedokteran hewan. Selain itu, juga ekonomi, sosiologi, antropologi dan lain-lain,” ucapnya,
Panut Mulyono memberikan apresiasi untuk rekan-rekan di Borneo Orangutan Survival karena terisolasi tetapi memiliki passion yang luar biasa dalam merawat orang utan yang menjadi kekayaan fauna Indonesia. Dengan kerja sama ini diharapkan akan dapat meningkatkan SDM para pengelola di sana.
“Dengan mengupgrade rekan-rekan yang ada di sana baik yang sarjana, master dan ditingkatkan menjadi doktor diharapkan semakin mengusai orang utan dengan segala persoalannya,” katanya.
Rektor meyakini dengan upaya semacam ini akan mendorong generasi muda menyukai pekerjaan tersebut. Sebab, area-area semacam ini masih kurang menjadi perhatian dan justru diminati asing. (Humas UGM/ Agung; foto: Firsto)