Alumnus Fakultas Peternakan (Fapet) UGM angkatan 2006 yang juga CEO Sweet Sundae Ice Cream, Andromeda Sindoro, berhasil meraih Best of The Best Challenger pada Diplomat Success Challenge ke-10 (DSC X) 2019. Ia sukses menjuarai kompetisi tersebut setelah mengalahkan 12.500 proposal yang masuk ke panitia.
Andro mengaku unggul berkat strategi-strategi yang dilakukannya dalam mengembangkan bisnis. Setelah menekuni usaha selama 12 tahun, Sweet Sundae Ice Cream menemukan satu strategi yang ampuh.
Menurutnya, pada awal usahanya es krim produknya dijual dengan menitipkan di warung-warung. Sayang, cara ini tak bisa lama diterapkan karena penjualan mengalami penurunan di waktu-waktu tertentu, misalnya pada waktu musim hujan, bulan puasa, dan liburan. Oleh karena itu, di tahun 2013 Andro mengubah strateginya ke arah horeca, yaitu hotel, restaurant, dan catering.
“Cara ini seperti ini nampaknya memiliki beberapa keuntungan yang pertama yaitu adanya kontinuitas. Pada bulan puasa banyak orang mengunjungi hotel dan restoran untuk berbuka bersama. Pada musim liburan restoran dan hotel selalu dipenuhi oleh pelancong,” ujarnya.
Menurut Andro dengan cara tersebut maka tidak diperlukan lagi investasi freezer karena hotel, restaurant, dan catering telah memiliki freezer sendiri. Ia pun menerapkan strategi lain berupa penawaran Sundae delivery.
“Layanan ini menawarkan sistem ‘pesan hari ini, antar hari ini’. Cara ini sangat menguntungkan bagi hotel dan restoran karena menghindarkan mereka dari kehabisan stok akibat keterlambatan pengiriman,” tuturnya.
Menurut Andro selain kemampuan mengembangkan strategi-strategi jitu maka kepribadian berperan penting dalam dunia bisnis. Dirinya mengungkapkan bila selama mengikuti perlombaan dapat menjawab semua pertanyaan dengan lancar karena terbiasa berbicara di depan umum.
Bahkan, dia sempat melempar joke kepada juri yang justru makin menunjukkan jiwa pengusahanya. Kemampuan semacam ini, menurutnya, sangat penting karena bisa meyakinkan investor.
“Seorang pengusaha harus yakin dengan usahanya. Berkat kerja keras saat ini Sweet Sundae telah menyuplai ke 15 katering di Yogyakarta, 2 katering di Jakarta, dan 1 katering di Bali,” ucapnya.
Meski begitu, jumlah horeca yang disuplai masih terbatas karena di tahun 2016 Sweet Sundae mengalami penurunan yang mengakibatkan dirinya tidak dapat memperluas usahanya terlalu jauh. Dengan memenangkan kompetisi ini dia kini semakin bersyukur memperoleh modal lebih besar.
Andro kini tengah menyiapkan kandang di daerah Hargobinangun, Sleman, Yogyakarta dengan kapasitas 500 ekor sapi perah untuk menggenjot produksi susu dan mengembangkan sebuah aplikasi bernama piaraa.id. Berkat prestasinya, ia pun diundang oleh Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki, beberapa waktu lalu.
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN. Eng., menyatakan platform bernama piaraa.id yang dikembangkan oleh Andro dinilai dapat mengejar ketertinggalan Indonesia akan produksi susu. Piaraa.id merupakan aplikasi investasi sapi yang akan diluncurkan pada Februari 2020.
Aplikasi ini dapat mengembangkan basis-basis koperasi bertaraf internasional di Indonesia dan menjadi basis kekuatan ekonomi di desa-desa. Pada Desember 2019 mendatang, Andro mendapat kesempatan untuk presentasi business plan di hadapan Presiden Jokowi.
“Andro merupakan representasi pengusaha milenial yang memiliki idealisme, perencanaan, dan strategi yang bagus. Tidak hanya sampai disitu, prestasi Andro pun sudah merambah ke tingkat internasional,” kata Dekan.
Di akhir Oktober 2019 lalu, Andro menjadi pemenang pertama dalam ajang kompetisi Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) o2o forum. Dirinya mengalahkan 7 peserta dari negara lain, yaitu Rusia, Peru, Malaysia, dan Filipina.
Andro sukses di kompetisi internasional tersebut dikarenakan adanya teknologi yang sangat terpadu dalam bisnisnya mulai dari keuangan, stok warehouse, order, kasir, sales, marketing, absen, dan rekrutmen. Teknologi tersebut mampu mengembangkan bisnisnya yang menyebabkan terserapnya lebih banyak susu dari peternak lokal dengan harga yang baik.
“Pada akhirnya tentu mendukung bertambahnya produksi susu di Indonesia,” ungkap Ali Agus. (Humas UGM/ Agung)