Pembangunan pertanian di Indonesia masih dihadapkan pada permasalahan regenerasi SDM yang tidak berjalan dengan baik. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya minat generasi muda, termasuk mereka yang terdidik.
Data BPS menunjukkan penurunan jumlah angkatan kerja pertanian, yaitu 34.0 persen pada 2014, 31.9 persen pada 2017, dan 29.5 persen pada 2019. Berdasarkan pendidikannya, pada 2016-2019 tenaga kerja pertanian didominasi oleh SD ke bawah, tamat PT tidak lebih dari 2 persen.
Tak kurang-kurang pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah melakukan upaya strategis, di antaranya dengan menumbuhkan Wirausahawan Muda Pertanian. Program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) dipandang sebagai strategi membangun minat dan perilaku generasi muda terdidik untuk berwirausaha di bidang pertanian.
“Tapi, upaya ini tidak akan efektif jika permasalahan rendahnya minat generasi muda terdidik terhadap sektor pertanian tidak diatasi,” ujar Detia Tri Yunandar, di Sekolah Pascasarjana UGM, Kamis (28/11).
Dosen Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari mengatakan itu saat menempuh ujian terbuka guna memperoleh gelar doktor Bidang Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan Sekolah Pascasarjana UGM. Promovendus didampingi promotor Prof. Dr. Ir. Sunarru Samsi Hariadi, M.S dan ko-promotor Alia Bihrajihant Raya, S.P., M.P., Ph.D dengan mempertahankan disertasi berjudul Pengalaman Diri Langsung Dalam Model Pembentukan Sikap Generasi Muda Terdidik Terhadap Wirausaha Di Sektor Pertanian.
Terkait rendahnya minat generasi muda di bidang pertanian, menurut Yunandar, belum ada sikap yang mendukung. Menyitir pendapat Ajzen terkait Planned Behavior Theory, disebutnya, sikap merupakan anteseden pertama bagi minat dan perilaku. Oleh karena itu, upaya membangun minat dan perilaku generasi muda terdidik untuk berwirausaha pertanian perlu didukung dengan strategi membentuk sikap yang positif.
“Sikap terbentuk berdasarkan basis informasi. Secara umum, sikap dapat dibentuk oleh berbagai faktor, namun dalam penelitian mengajukan ini model pembentukan sikap yang dibangun oleh personalitas, akses informasi, dan pengalaman diri langsung. Penelitian menekankan peranan pengalaman diri langsung dalam model yang diajukan karena adanya peranan penting pengalaman diri langsung dalam pembentukan sikap,” ucapnya.
Dari penelitian dinyatakan sikap positif generasi muda terdidik dapat dibentuk dengan strategi peningkatan personalitas, akses informasi, dan pengalaman diri langsung: kualitas informasi, konsultasi, magang, studi banding, FGD. Sikap positif generasi muda terdidik hendaknya didorong agar terwujud menjadi minat dan perilaku berwirausaha pertanian, dengan cara: membangun norma subjektif yang positif, yaitu lingkungan sekitar yang mendukung untuk berwirausaha pertanian, dan menciptakan kontrol perilaku yang juga positif, yaitu dengan menyediakan kemudahan, terutama dengan meningkatkan kompetensi (pelatihan, magang, dll), fasilitasi akses pasar, modal, dan kerjasama.
Selain itu, mendorong sikap positif menjadi perilaku juga ditempuh dengan strategi meningkatkan self-efhcacy, dengan cara meningkatkan kualitas pengalaman diri, melihat pengalaman orang lain (studi banding), dan persuasi dengan mengoptimalkan media berbasis internet, terutama media sosial.
“Karenanya perlu keberlanjutan dan peningkatan kualitas PWMP dan upaya sejenis sebagai strategi penumbuhan wirausahawan muda pertanian, baik melalui pendidikan maupun penyuluhan pertanian, integrasi experiental Ieaming wirausaha pertanian dengan kurikulum utama, mentoring intensif dan tepat, membentuk asosiasi wirausahawan muda pertanian, peningkatan kualitas penerapan e-commerce melalui persuasi dan pelatihan,” ungkap Yunandar yang dinyatakan lulus sebagai doktor ke-4.697. Yunandar juga dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude. (Humas UGM/ Agung)