Keterbatasan dan kurangnya spesifitas pemeriksaan Prostate Spesific Antigen (PSA) untuk kanker prostat menimbulkan perbedaan pendapat tentang penggunaan PSA sebagai alat diagnostik untuk kanker prostat. Sebuah penanda kanker prostat yang lebih baik sangat diperlukan, namun sampai saat ini belum ada biomarker yang mendekati sempurna untuk identifikasi kanker prostat.
“Oleh karena itu, usaha untuk mencari biomarker baru terutama dari cairan non-invasif banyak dilakukan, salah satunya biomarker dari urine sebagai deteksi awal dan prediktor dari prognosis kanker prostat,” ujar R. Danarto, di Auditorium FKKMK UGM, Selasa (14/1) saat menempuh ujian terbuka Program Doktor.
Danarto mengungkapkan Departemen Patologi MLabs dari Universitas Michigan saat ini akan mulai menawarkan tes urine Michigan Prostate Score (MiPS) yang telah teruji sangat spesifik untuk kanker prostat. Tes MiPS ini mengunakan sampel urine dengan pemeriksaan dua biomarker yang berbeda.
Biomeker pertama adalah potongan RNA yang dibuat dari gen Prostate Cancer Antigrn 3 (PCA3) pada kanker prostat. Biomaker kedua adalah ketika dua gen Transmembrane Serine Protease 2 (TMPRSS2) dan ETS-Related Gene (ERG) dikombinasikan. Kehadiran kombinasi RNA ini dalam urine pria sangat spesifik untuk kanker prostat.
“Disinilah saya tertarik melakukan penelitian ini untuk mencari Biomaker yang sederhana, namun memiliki tingkat stabilitas tinggi, serta sensitivitas dan spesifitasnya tinggi dan saya memilih untuk melakukan penelitian sertingkat miRNA dan mRNA,” katanya.
Dari disertasi Hubungan Ekspresi miR-215p dengan mRNA PDCD-4 dan Ekspresi miR-200c-3p dengan mRNA E-Cadherin pada Urine Penderita Kanker Prostat sebagai Biomaker, Danarto berkesimpulan berdasarkan hasil penelitian, ekspresi miR-21-5p lebih tinggi pada kelompok kanker prostat (PCa) dibandingkan pada kelompok pembesaran prostat jinak (BPH).
Ekspresi mRNA PDCD-4 lebih rendah pada kelompok kanker prostat (PCa) dibandingkan pada kelompok pembesaran prostat jinak (BPH). Sementara ekspresi mRNA E-Candherin lebih rendah pada kelompok kanker prostat (PCa) dibandingkan pada kelompok pembesaran protat jinak (BPH).
“Ekspresi dari miR-21-5p yang lebih tinggi dan ekspresi yang lebih rendah dari miR-200c-3p, mRNA PDCD-4 dan mRNA E-Candherin pada urine penderita kanker prostat mampu menjadi alat biomarker non invansif yang potensial pada kasus kanker prostat,” ucap Danarto, staf pengajar FKKMK UGM.
Meskipun hasil signifikan ditemukan dalam penelitian ini, tetapi penggunaan miRNA dan mRNA pada sampel urine sebagai biomarker masih sangat mungkin bervariasi terutama terkait dengan variasi antar individu. (Humas UGM/ Agung)