Pemerintah Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan, menjalin kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada dalam rangka meningkatkan ekonomi para petani karet. Kerja sama tersebut dituangkan dalam penandatanganan nota kesepahaman kedua belah pihak dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, Rabu (26/2), di ruang sidang pimpinan, Gedung Pusat UGM.
Bupati PALI, Ir. Heri Amalindo, M.M., mengatakan labih dari 75 persen penduduk di kabupatennya berprofesi sebagai petani penyadap karet. “Sekitar 75 persen penghasilan masyarakat dari perkebunan karet,” katanya.
Yang menjadi persoalan, menurut Bupati, petani di tempatnya menjual bahan baku dalam bentuk getah ke pengepul yang sebelumnya sudah menitipkan uang ke petani sebelum panen. Tidak jarang harga karet ditentukan oleh pihak pengepul. Ia pun berharap agar para peneliti UGM bisa mengembangkan teknologi bahan baku getah karet tersebut bisa diolah menjadi barang setengah jadi. “Kami sangat tertarik dengan pengembangan teknologi agar bahan baku ini bisa bernilai,” katanya.
Menurut Bupati, pihaknya sebelumnya pernah mengajak petani untuk beralih ke komoditas selain karet. Namun, ternyata tidak mudah karena petani sudah bergantung dengan perkebunan karet. “Mengubah ke komoditas lain agak sulit, lewat inovasi dari UGM nantinya bisa memberikan solusi,” katanya.
Selain itu, ia berharap lewat kerja sama ini akan mendorong semakin banyak putra daerah dari PALI yang bisa mengenyam pendidikan di kampus UGM.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., mengatakan salah satu persoalan di kabupaten PALI yaitu petani karet di daerah sana belum mendapatkan pendapatan maksimal dari usaha perkebunan karet. ”Karena dijual dalam bentuk curah ke pengepul dan harga ditentukan oleh pengepul. Jika memungkinkan teknologi yang bisa diberikan nantinya agar petani bisa mengolah tidak hanya sekadar curah getah karet,” ujarnya.
Selain bidang inovasi riset, kata Rektor, kerja sama ini memungkinkan dilakukan kerja sama dalam bentuk perencanaan pembangunan wilayah, pengembangan tata ruang serta memberikan pelatihan bagi pegawai di lingkungan pemkab.
“Dimungkinkan lewat program (kemitraan), putra daerah terbaik dari Kabupaten bisa sekolah di UGM. Tentu melalui seleksi ketat dan dipertanggungjawabkan,” katanya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Firsto