Sejumlah mahasiswa dan alumni UGM berkolaborasi untuk memproduksi alat pelindung diri berupa face shield untuk mendukung penanganan Covid-19 di berbagai fasilitas kesehatan. Inisiatif ini muncul setelah mereka melihat minimnya ketersediaan alat pelindung bagi para petugas medis.
“Para petugas medis, mereka garda terdepan dalam memerangi Covid-19 sehingga ketersediaan APD menjadi sangat vital dalam penanganan wabah ini. Kami memiliki sumber daya yang cukup untuk mengembangkan dan memproduksi APD face shield, dan dari situ kami berpikir mengapa tidak kami membantu menyediakannya,” ucap Muhammad Fahmi Husaen, alumnus D3 Ilmu Komputer Sekolah Vokasi UGM.
Fahmi bersama beberapa rekan alumni dan mahasiswa membuat komunitas yang dinamakan AmalYuk untuk membantu menyediakan APD bagi tenaga medis. Aktivitas yang mereka lakukan, ujarnya, murni berupa gerakan amal. Karena itu, face shield yang mereka produksi dibagikan secara cuma-cuma kepada rumah sakit yang memerlukan.
“AmalYuk merupakan gabungan dari individu, kampus Sekolah Vokasi UGM dan perusahaan startup WiranagariTech. Beranggotakan 16 orang yang terdiri dari alumni dan mahasiswa UGM, kami bersama-sama menginisiasi gerakan amal tersebut,” terangnya.
Mahasiswa dan alumni yang terlibat kebanyakan memiliki latar belakang pendidikan teknik mesin serta elektronika dan instrumentasi, dan mendapat bimbingan dari salah satu dosen Elins, Budi Sumanto. Kegiatan produksi pun dilakukan di laboratorium Elins Sekolah Vokasi UGM.
Tim ini mampu memproduksi 40-80 face shield sehari. Produk ini pun telah mulai didistribusikan ke sejumlah tempat, di antaranya PMI Bantul dan RS Grhasia Pakem.
“Kami juga bekerja sama dengan KAGAMA gelanggang dalam mendistribusikan,” imbuh Rokhim selaku koordinator tim ini.
Dalam beberapa waktu mendatang, tim ini menargetkan dapat memproduksi hingga 1.300 buah face shield. Rokhim menambahkan bahwa kegiatan produksi yang mereka lakukan adalah sesuatu yang dilakukan dalam kondisi darurat untuk menunjang ketersediaan APD yang sifatnya dibutuhkan segera.
Untuk itu, setelah target produksi terpenuhi, tim akan melakukan evaluasi apakah mereka masih perlu melakukan produksi face shield.
“Kami menarget 1.300, setelahnya kami mungkin akan mengevaluasi mengingat ini merupakan alat yang sifatnya darurat saja, dan di sekitar Jogja sudah terdapat pabrik yang memproduksi secara massal dan berstandar,” pungkasnya.
Penulis: Gloria