FEB UGM kembali menggelar Ujian Terbuka Promosi Doktor pada Selasa (21/7). Ujian digelar secara daring sesuai kebijakan Rektor UGM tentang pelaksanaan pembelajaran daring akibat pandemi Covid-19.
Pada kesempatan kali ini, Vitradesie Noekent, Mahasiswa Doktoral Prodi Ilmu Manjemen UGM, menjalani ujian tersebut. Ia memaparkan disertasinya yang berjudul “Interaksi Pemangku Kepentingan dalam Proses Penghiliran Hasil Riset dan Inovasi Perguruan Tinggi di Indonesia”.
Menurut Noekent, disertasinya tersebut bertujuan untuk mengungkap mekanisme interaksi, pemangku kepentingan yang berinteraksi, dan media interaksi dalam proses penghiliran hasil riset dan inovasi perguruan tinggi di Indonesia. Disertasi ini menggunakan teori identifikasi dan prioritisasi pemangku kepentingan dengan pendekatan kualitatif berupa studi kasus tunggal pada tiga perguruan tinggi, yakni UGM, ITB,dan IPB.
Berdasarkan analisis pola, disertasi ini merumuskan enam ragam penghiliran hasil riset dan inovasi perguruan tinggi yang diberi label. Keenamnya adalah produksi pengetahuan, pemberdayaan masyarakat, kolaborasi industri, pra komersialisasi, dampak sosial ekonomi, dan komersialisasi.
“Pemangku kepentingan definitif yang diidentifikasi adalah akademisi, unit intermediari perguruan tinggi, industri, dan pemerintah. Adapun komplementaritas media interaksi formal-informal menghasilkan pengaruh kumulatif berupa akumulasi pengetahuan dan rasa percaya. Secara umum, penghiliran hasil riset dan inovasi perguruan tinggi di Indonesia merupakan proses dinamis dan non-linear,”papar Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang ini.
Secara praktik, temuan Noekent ini berimplikasi bahwa perguruan tinggi adalah inkubator alami yang menciptakan lingkungan pendukung. Hal itu agar pemangku kepentingan, dalam penghiliran hasil riset, dapat mengeksploitasi dan mengeksplorasi inisiatif kewirausahaan yang menghasilkan dampak akademik, ekonomi, maupun sosial.
“Melalui disertasi ini, saya menyarankan bahwa tata kelola perguruan tinggi hendaknya diarahkan pada pemahaman keperilakuan yang menekankan pada perubahan paradigma, penciptaan iklim kolaborasi multidisiplin ilmu, dan kepemimpinan transformasional yang merekognisi aktif konteks. Utamanya hal itu karena perguruan tinggi merupakan pembentuk perilaku individu,”pungkasnya.
Penulis: Hakam