Mahasiswa KKN-PPM UGM yang melakukan pengabdian di Desa Gergunung, Kabupaten Klaten, Jawa tengah membuat alat cuci tangan tenaga surya dengan sistem penjernihan air. Di tengah pandemi Covid-19, inovasi alat tepat guna ini ditengarai sangat bermanfaat untuk mencegah penularan Covid-19 di daerah kering dan tidak tersedia listrik.
Penyerahan alat telah dilakukan di Kantor Kelurahan Gergunung pada hari Selasa (11/8). Alat cuci tangan tenaga surya diserahkan dr. Tri Baskoro Tunggul Satoto, M.Sc.,Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Lapangan, didampingi penanggung jawab program kerja KKN-PPM UGM, Ivan Fabriano Syahputra, dan diterima Kepala Desa Gergunung, Sugeng Slameta.
Tri Baskoro menuturkan alat pencuci tangan tenaga surya ini untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengajak masyarakat untuk selalu mencuci tangan dengan sabun guna mencegah penularan Covid-19 pada masa pandemi saat ini. Inovasi yang dilakukan mahasiswa KKN-PPM UGM di Gergunung Kabupaten Klaten dilatarbelakangi kondisi bahwa beberapa daerah di Indonesia ditemui tidak memiliki persediaan air bersih yang cukup.
Selain itu, di beberapa daerah memiliki keterbatasan dalam sumber daya listrik sehingga menimbulkan masalah dalam distribusi air tanah untuk pompa air. Oleh karena itu, pembuatan alat cuci tangan tenaga surya dengan sistem penjernihan air bersih diharapkan dapat sebagai sarana masyarakat untuk tetap mencuci tangan di wilayah yang sulit air bersih dan keterbatasan sumber daya listrik.
“Fungsi utama alat ini adalah untuk menyediakan sarana cuci tangan bagi masyarakat untuk mendukung anjuran cuci tangan oleh pemerintah,” ujar Tri Baskoro, Kamis (13/8) di Kampus UGM.
Ia menjelaskan sistem keran yang dipergunakan dioperasikan dengan menggunakan kaki sehingga dapat mengurangi kontak langsung antara tangan dengan gagang keran. Ini dimaksudkan untuk meminimalkan risiko penyebaran virus melalui sentuhan tangan dan alat.
Selain itu, sistem penjernihan air bersih yang berbahan dasar penyaring ijuk dan kerikil juga diterapkan pada alat ini sehingga pemanfaatan air kotor bekas cuci tangan akan dapat difiltrasi kembali setelah dilakukan penyaringan. Dengan adanya sistem penjernihan air ini dapat menghemat penggunaan air bersih sehingga dapat membantu digunakan di daerah yang kurang air bersih.
Ia menjelaskan pada alat ini sistem penjernihan air didistribusikan menggunakan pompa air yang menggunakan tenaga surya. Tenaga surya dipergunakan karena sumber daya matahari merupakan sumber daya terbarui dan sangat melimpah ketersediannya di Indonesia.
“Hal inilah yang menjadikan alat ini selain ramah lingkungan juga dapat lebih fleksibel untuk ditempatkan pada wilayah yang sulit atau memiliki keterbatasan sumber daya listrik,” jelasnya.
Penanggung jawab program kerja KKN-PPM UGM, Ivan Fabriano Syahputra, menambahkan pembuatan alat memakan waktu 35 hari, tanggal 7 Juli s.d 10 Agustus 2020. KKN-PPM UGM di Desa Gergunung, Klaten melibatkan 25 mahasiswa yang berasal dari bermacam departemen.
Dengan adanya alat cuci tangan sistem penjernihan ini, menurut Ivan, maka air dapat lebih hemat karena dapat disirkulasikan berulang kali. Sementara, sistem tenaga surya dipergunakan untuk mengoperasikan pompa air, dimana pompa ini difungsikan untuk melakukan sirkulasi penjernihan tadi.
“Kenapa menggunakan tenaga surya karena di beberapa tempat atau wilayah masih ditemui keterbatasan memiliki sumber listrik sehingga tenaga surya menjadi pilihan,” jelasnya.
Selain pembuatan alat cuci tangan sistem penjernih air, Ivan menuturkan program kerja KKN-PPM UGM di Desa Gergunung lainnya seputar upaya menciptakan desa siaga virus dengue dan Covid-19. Sementara dalam program-program individu lebih menyasar pada kemandirian masyarakat dalam upaya mencegah dan menanggulangi kedua isu tersebut.
“Untuk hasil kuliah kerja nyata kami bisa dilihat di youtube KKN-PPM UGM Gergunung,” imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho