Sebagai persembahan di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75, Fisipol UGM bekerja sama dengan UGM Press menerbitkan buku New Normal: Perubahan Sosial Ekonomi dan Politik Pasca Covid-19 yang diluncurkan tepat pada tanggal 17 Agustus 2020. Buku yang disunting oleh Dr. Wawan Mas’udi dan Dr. Poppy Sulistyaning Winanti ini terdiri dari 18 bab dan ditulis oleh 24 akademisi dari UGM maupun dari luar UGM yang ahli dalam ilmu sosial, politik, kebijakan, kesehatan, ekonomi kreatif, dan psikolog.
Poppy Sulistyaning Winanti mengatakan istilah new normal muncul sebagai istilah hasil kompromi. Buku ini mencoba menawarkan kajian komprehensif terkait kondisi dan situasi new normal dari banyaknya perdebatan istilah hingga penerimaan sosial atas krisis pandemi COovid-19.
“New normal atau disebut juga dengan adaptasi kebiasaan baru menjadi istilah penting yang digunakan oleh WHO serta pemerintah di berbagai negara untuk mencoba berdamai dengan wabah Covid-19,” katanya, Senin (17/8) saat peluncuran secara daring.
Poppy menjelaskan sejak mulai merebak pertama kali pada Desember 2019 hingga buku ini dibuat, pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Segala upaya masih terus dilakukan oleh pemerintah untuk tetap menggerakkan roda ekonomi, sosial, pelayanan publik.
“New normal kemudian menjadi jalan tengah yang dipilih untuk menyeimbangkan antara kepentingan menggerakkan ekonomi dengan kebutuhan untuk tetap beradaptasi dengan protokol kesehatan demi mencegah penyebaran Covid-19,” terangnya.
Ia menambahkan sistematika buku terdiri dari 5 bab, bab pertama mengupas soal perdebatan perpektif new normal. Bab dua, new normal, pergeseran relasi kekuasaan, konsolidasi kelas dan kesenjangan dengan penulis Alm. Prof. Cornelis Lay, dan bab tiga membahas new normal sebagai jalan tengah? Kesehatan vs Ekonomi dan alternatif kebijakan dalam pandemi Covid-19 oleh Prof. Erwan Agus Purwanto dan Prof. Ova Emilia.
“Dari awal new normal muncul memang karena ada desakan untuk mengompromikan antara kesehatan dan kebutuhan ekonomi dapat berjalan karena dari data yang ada beberapa negara saat ini mengalami resesi akibat pandemi,” ucap Poppy.
Lebih lanjut Poppy menyebut, bab empat buku ini mengulik soal new normal disrupsi peradaban dan perubahan kebudayaan pasca pandemi dengan menghadirkan penulis diantaranya Siti Murtiningsih. Bab lima membahas normal baru dan problem psikososial dengan penulis diantaranya Hamdi Muluk.
Wawan Mas’udi menambahkan buku New Normal: Perubahan Sosial Ekonomi dan Politik Pasca COVID-19 merupakan hasil analisis para penulis, dan menilai jika Covid-19 telah menghadirkan perubahan di berbagai aspek kehidupan politik dan pemerintahan, sektor pelayanan publik, dan aktivitas ekonomi. Selain perubahan dalam ranah sektoral, pandemi Covid-19 juga berimplikasi kepada perubahan paradigma pengelolaan kepentingan publik, pergeseran budaya, dan dimensi perilaku individu yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
“Para penulis juga mengulas bahwa diskursus new normal bukan sekedar merujuk pada protokol atau kebiasaan kesehatan baru di level individu maupun organisasional saja, lebih dalam lagi, new normal menunjukkan aspek-aspek perubahan yang terjadi sebagai dampak dan respons atas situasi pandemi global saat ini,” urainya.
Perubahan yang sedang berlangsung saat ini, katanya, sebagai kombinasi antara yang bersifat reaktif dan jangka pendek sebagai prasyarat untuk normalisasi kehidupan dengan perubahan yang lebih bersifat fundamental dan jangka panjang, serta sebagai elemen baru untuk merespons pandemi.
“Pandemi bukan sebuah hal yang baru, new normal memiliki dimensi lebih dari sekedar adaptasi protokol kesehatan, tapi new normal sebagai bentuk perubahan dan sebagai dampak dari situasi krisis,” paparnya.
Dekan Fisipol UGM, Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto, M. Si., menyambut baik peluncuran buku ini. Menurutnya, tujuan penerbitan buku ini guna memahami apa yang sedang terjadi setelah dunia dilanda pandemi Covid-19 enam bulan lalu, dimana pemerintah dan masyarakat dunia berusaha mengatasi Covid-19 ini.
“Rangkuman respons yang tepat yang dilakukan pemerintah melalui kebijakan, termasuk di bidang kesehatan, para dokter dan tenaga medis untuk merespons Covid-19 sudah ditulis di buku pertama dengan judul Tatakelola Covid-19 yang diluncurkan tiga bulan lalu,” katanya.
Erwan mengungkapkan dengan kemajuan riset para ahli dunia dalam mengendalikan virus corona maka di beberapa negara mulai terjadi penurunan jumlah penderita positif Covid-19. Bahkan, beberapa negara mulai membuka diri dan mengizinkan beberapa warganya untuk beraktivitas.
“Inilah yang disebut WHO sebagai new normal, kita mencoba hidup ‘pasca dunia dilanda pandemi ini’, di Indonesia juga tidak ketinggalan meskipun ada variasianya, beberapa daerah jumlah penderita positif menurun, dan beberapa lainnya meningkat karena begitu luasnya Indonesia,” imbuhnya.
Kepala Badan Penerbit dan Publikasi UGM, Widodo, M.Sc., Ph.D., menyatakan Fisipol UGM luar biasa dalam waktu 4 bulan menerbitkan 2 buku terkait Covid-19. Diakuinya, dengan sistem informasi yang ada saat ini memang bisa bergerak cepat untuk menerbitkan buku dalam rentang waktu 3 bulan.
“Buku pertama awal Mei 2020 soal Tatakelola Covid-19 dan buku kedua yang dilaunching hari ini, semoga buku ini bermanfaat bagi publik, khususnya para pengambil kebijakan publik, dimana beberapa negara saat ini mulai mengalami resesi akibat Covid-19. Buku bisa diakses siapa saja, karena untuk yang pertama dalam bentuk digital,” jelasnya.
Launching buku New Normal: Perubahan Sosial Ekonomi dan Politik Pasca COVID-19 menghadirkan sejumlah penanggap. Mereka adalah Medelina K. Hendytio, Deputy Executive Director of CSIS, Velix V. Wanggai, Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan Bappenas dan Jaleswari Pramodhawardhani dari kantor Staf Presiden.
Penulis : Agung Nugroho