Pusat Kajian Silvikultur Intensif Hutan Tropis Indonesia (PK Silin) Fakultas Kehutanan UGM menyelenggarakan 5 seri seminar secara daring yang dilaksanakan setiap hari Rabu. Seminar ini dimulai pada tanggal Rabu (12/8). Rangkaian seminar sengaja difokuskan berdasarkan kajian terhadap spesies-spesies komersial yang penting di Indonesia, dan dipaparkan dari berbagai sudut pandang keilmuan. Dengan demikian, kajian tersebut diharapkan menjadi lebih komprehensif dalam mengupasnya, dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam ilmu pengetahuan.
Narasumber yang diundang adalah para ahli dari Fakultas Kehutanan UGM yang kompeten di bidangnya masing-masing. Adapun topik yang dibahas dalam 5 seri seminar ini antara lain: pembangunan hutan tanaman Pinus merkusii untuk mendukung pengembangan produksi kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK); perhutanan klon jati; tantangan dan peluang pengembangan hutan rakyat; optimasi pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) untuk mendukung industri pulp dan kayu pertukangan; dan pengelolaan hutan alam tropis untuk mendukung kelestarian produksi dan perlindungan ekosistem.
Pada seri pertama seminar daring menghadirkan 3 pembicara. Pembicara pertama adalah Prof Dr. Moh. Na’iem dengan paparan berjudul “Strategi Pemuliaan Pinus merkusii untuk Mendukung Pengembangan Produksi Kayu dan Getah”. Kedua, Dr. Musyafa dengan judul “Perlindungan Hama dan Penyakit Terpadu pada Pinus merkusii”. Terakhir Dr. Sigit Sunarta turut hadir dengan paparan berjudul “Rendemen Serta Kualitas Gondorukem dan Tarpentim Getah Pinus merkusii”.
Dari seri pertama diketahui bahwa pengembangan pemuliaan Pinus merkusii telah dikembangkan sejak tahun 1976 dengan mengoleksi > 1000 pohon plus dengan tujuan untuk pengembangan produksi kayu. Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan Ditjen RLPS Departemen Kehutanan.
Di samping itu, dengan meningkatnya hasil hutan HHBK dari pinus maka pengembangan pinus diarahkan untuk pengembangan getah (pinus bocor getah). Kegiatan pengembangan itu dimulai pada tahun 2004 dengan kerja sama antara Fakultas Kehutanan UGM dan Perum Perhutani.
Pengembangan klon-klon pinus bocor getah perlu ditanam dengan pola pertanaman campur dan atau multi klonal. Pola tanaman ini dimaksudkan untuk meminimalkan serangan hama penyakit yang mungkin dapat menyebabkan kegagalan pertanaman klon pinus bocor getah. Selain itu, pengembangan teknik penyadapan dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas getah pinus yang dihasilkan. Berkenaan dengan hal tersebut, seminar daring seri pertama ini membuka peluang untuk pengembangan tanaman Pinus merkusii untuk menghasilkan produk kayu dan non kayu sehingga dapat mendukung kelestarian pengelolaan hutan di masa mendatang.
Penulis: Hakam
Foto: Trubus.id