Tahun 2020 menjadi masa yang memberikan dampak cukup besar terhadap lanskap institusi pendidikan di Indonesia. Di tengah berbagai perubahan lanskap pendidikan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM meluncurkan dua buku sekaligus. Kedua buku yang diluncurkan adalah buku “Merdeka Belajar: Suara dari FKKMK UGM” dan buku “Peran FKKMK UGM dalam Penanganan Pandemi Covid-19 di Indonesia”.
Peluncuran yang dilakukan secara daring pada hari Kamis (27/8) ditandai dengan penyerahan kedua buku dari Dekan FKKMK UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG(K)., PhD., kepada Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D. Turut menghadiri peluncuran Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng., dan para pimpinan universitas lain, serta para dekan di lingkungan UGM.
Ova Emilia menyambut baik peluncuran buku ini dan menilai sebagai hal yang penting sesuai dengan konteks yang sedang dihadapi bersama. Ia menilai tahun 2020 memang sebagai tahun yang istimewa, sebab peristiwa yang terjadi di awal tahun mendisrup institusi pendidikan, termasuk FKKMK UGM.
Ova menyebut adanya kebijakan ‘Merdeka Belajar – Kampus Merdeka’ yang diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah untuk menjembatani peningkatan wawasan serta kompetensi mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja maupun cita-cita masa depan. Generasi yang tanggap, sigap, dan siap menyongsong tantangan zaman dengan kompetensi dan akar budaya yang kuat menjadi cita-cita masa depan.
“Di mana ‘kemerdekaan’ dalam bingkai kreativitas dan inovasi menjadi kunci penting pembangunan generasi penerus bangsa. Kebijakan yang digulirkan ini tentu memunculkan beragam tafsir dan opini berbagai pihak, salah satunya dari sivitas akademika FKKMK UGM,” ujarnya.
Menurutnya, pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sebagai bencana nasional juga turut memengaruhi proses pembelajaran, maupun seluruh aktivitas Tridarma FKKMK UGM. Sebagai upaya untuk merespons kondisi tersebut, FKKMK UGM membentuk tim satuan tugas Covid-19 (Satgas Covid-19).
Tim Satgas Covid-19 FKKMK UGM tersebut terdiri dari 11 koordinator yang membidangi pengendalian penyakit (epidemiologi), data dan informasi, promosi kesehatan, diagnostik lab, akademik dan kemahasiswaan, penelitian dan inovasi, knowledge manajemen, liasion officer, pelayanan, logistik, serta relawan. Oleh karenanya, FKKMK UGM berupaya untuk membingkai beragam narasi dari kedua peristiwa tersebut dalam dua karya buku.
“Jadi, ada 11 bidang yang telah kita lakukan selama ini dalam 6 bulan terakhir. Oleh karenanya, kini FKKMK UGM membingkai narasi upaya-upaya tersebut dalam dua karya buku tersebut,” terangnya.
Buku Merdeka Belajar berisi ragam narasi opini dari mahasiswa, dosen, peneliti, maupun klinisi mengenai pandangan serta harapan mereka terkait implementasi soal Merdeka Belajar. Sebab, kedepan pembelajaran tidak lagi terbatas, terkotak-kotak tapi bisa hadir dimana saja, kapan saja.
“Sedang buku kedua merupakan rangkuman yang tentunya sebagai dokumentasi bukti akuntabilitas dan seluruh mitra di dalam merespons pandemi ini. Kami berharap dua buku tersebut mampu memberi asupan, penguatan solidaritas, koordinasi, transparansi, maupun sebagai dokumen pembelajaran dalam menghadapi situasi pandemi,” paparnya.
Menyambut peluncuran buku, Rektor UGM berharap kedua buku bisa memberi manfaat bagi semua pihak yang sedang menghadapi hiruk pikuk terkait dengan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan utamanya soal Merdeka Belajar dan Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Kebijakan Merdeka Belajar, Kampus Merdeka telah diluncurkan bagaimanapun harus dilaksanakan dengan versi yang sesuai untuk bidang masing-masing.
“Yang jelas kita ambil esensi dari Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, kita ketahui pelaksanaannya juga harus sesuai dengan kebijakan kita masing-masing. Terkait dengan isi merdeka belajar sebetulnya UGM sejak kampus ini dinyatakan sebagai PTBH atau dulu PTNBH telah memiliki kebebasan-kebebasan yang dipunyai, baik itu terkait dengan tata kelola keuangan, mendirikan dan menutup program studi dan berbagai hal lain yang bisa kita laksanakan,” katanya.
Sementara terkait pembelajaran di luar kelas, kata Rektor, UGM sudah sejak lama telah melaksanakan, ada KKN, student exchange, kerja sama industri, intensi, kerja praktek, kerja sama dengan mitra-mitra, pengiriman mahasiswa-mahasiswa dan lain-lain.
Meski begitu sekarang harus lebih dikeluarkan, bagaimana memberikan peluang dan kesempatan pada mahasiswa untuk belajar bukan hanya pada para profesor, guru dan menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada di kampus, tetapi bagaimana memberi kesempatan pada mahasiswa-mahasiswa untuk belajar pada siapa saja, dimana saja, dan mendorong dosen sebagai fasilitator dan motivator. Prinsip kompetensi utama dari sebuah prodi adalah learning outcome, pembelajaran harus menjadi yang utama.
“Kemudian pengayaan dari yang lain-lain akan menambah pengetahuan, kompetensi dari mahasiswa-mahasiswi kita. Terkait peranan FKKMK dalam menghadapi covid, kami juga mengapresiasi akan menjadi catatan sejarah yang luar biasa karena penanganan pandemi belum pernah ada sebelumnya. Dengan dibukukan tentu tercatat dengan baik apa yang telah dilakukan, peristiwa-peristiwa yang terjadi dan menjadi pembelajaran untuk generasi mendatang,” tutur Rektor.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D., mengungkapkan situasi pandemi telah menghadirkan tantangan sekaligus peluang. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya Ditjen Pendidikan Tinggi pun melakukan transformasi pendidikan tinggi di Indonesia, dan dalam waktu singkat terjadi transformasi penggunaan teknologi dengan pembelajaran daring yang paralel dengan kebijakan Merdeka Belajar, Kampus Merdeka.
“Prinsip proaktif, adaptif dan gotong royong dijalankan Kemendikbud dalam menghadapi tantangan ganda yaitu gerakan perubahan kebijakan pendidikan nasional danm penanganan darurat pandemi Covid-19,” katanya.
Aris menyebut benih-benih kreativitas, inovasi dalam tridarma perguruan tinggi juga semakin bersemi dan bertunas selama pandemi ini. Berbagai kebijakan proaktif dilakukan Ditjen Dikti diantaranya mensupport dan memfasilitasi fakultas kedokteran, rumah sakit PTN menjadi rumah sakit rujukan dan laboratorium Covid-19.
“Melalui fasilitas ini laboratorium fakultas kedokteran dan rumah sakit PTN mampu melayani hingga 8.500 sampel setiap hari, jadi lebih dari 50 persen fasilitas nasional per awal Juni, dan juga dalam pandemi Covid-19 ini, banyak sekali 15 ribu relawan mahasiswa bidang kesehatan membantu menjadi relawan Covid-19 nasional Kemendikbud dengan sebutan RECON, Relawan Covid-19 Nasional,” ungkapnya.
Terkait peluncuran dua buku ini, ia mengapresiasi sivitas akademika FKKMK UGM dalam menghasilkan dua dokumen yang sangat penting ini, yaitu buku Merdeka Belajar suara dari FKKMK UGM dan buku Peran FKKMK UGM Dalam Penanganan Covid-19 di Indonesia.
“Ini menjadi model penyampaian kabar baik dari fakultas kedokteran dan program studi lain sehingga bisa menjadi ensiklopedia pengalaman perguruan tinggi dalam transformasi pendidikan tinggi di Indonesia,” pungkasnya.
Penulis : Agung Nugroho