Pandemi Covid-19 berpengaruh pada implementasi smart city di Indonesia. Wabah virus corona telah mendorong implementasi smart city di tanah air dalam mendukung penerapan tatanan kenormalan baru di tengah pandemi Covid-19.
Dr. Rini Rachmawati, S.Si.,M.T., mengatakan implementasi smart city di berbagai daerah banyak dilakukan dalam menghadapi Covid-19. Setiap daerah memiliki program-program yang mendukung dengan lebih memanfaatkan media sosial dan teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Dalam tatanan kenormalan baru, kota dan kabupaten menerapkan ICT yang saling terintegrasi dan berpedoman pada panduan new normal yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
“Dari sisi penguatan smart governance, implementasi smart city dengan adanya pelayanan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dan penguatan informasi publik,” jelasnya saat menyampaikan orasi ilmiah “Ruang Virtual dan Masa Depan Pengembangan Smart City” dalam Dies Natalis ke-57 Fakultas Geografi UGM Selasa (1/9) yang disiarkan secara daring.
Sementara itu, dari sisi smart economy dan smart branding ditunjukkan dengan adanya penguatan UMKM, inovasi produk, dan pemasaran dengan pemanfaatan ICT dan perubahan gaya masyarakat dalam mengakses layanan ekonomi secara online. Dia mencontohkan implementasi smart city yang telah dilakukan oleh beberapa kota dan kabupaten di tanah air. Salah satunya Kabupaten Kendal menerapkan inovasi berupa aplikasi pasar tradisional yaitu melakukan zonasi pasar dalam satu kecamatan untuk memenuhi kebutuhan desa dan penguatan ekonomi lokal yang anggotanya mencapai hampir 2.000 pedagang.
Berikutnya, Kabupaten Kutai mengembangkan sejumlah aplikasi untuk membantu pemasaran dan delivery product UMKM dan pedagang, pelayanan jasa transportasi lokal, pemantauan sebaran wabah Covid-19, pembayaran pajak, dan aplikasi kependudukan dan catatan sipil secara online dan lainnya.
Sementara dalam penguatan smart society dikaitkan dengan kearifan lokal yaitu budaya gotong royong, “tepo seliro”, “guyup rukun” dan masyarakat cerdas yang tercermin dalam kemampuan dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19. Sedangkan untuk smart environment dan smart living berupa budaya hidup sehat dan kesadaran lingkungan yang dapat ditunjukkan dengan inisiasi penggunaan disinfektan di kampung-kampung dan di perkotaan serta penggunaan masker yang juga sekaligus dapat meningkatkan UMKM dalam pembuatan masker.
“Untuk mencapai kesuksesan dalam mengimplementasikan smart city di masa pandemi dan menghadapi new normal perlu adanya sinergi dan upaya bersama dari seluruh pihak baik dari sisi pemerintah, masyarakat maupun swasta,”paparnya.
Dia menekankan dalam upaya menuju smart city perlu adanya pengembangan infrastruktur. Beberapa diantaranya seperti ketersediaan sumber daya listrik yang kontinu, ketersediaan infrastruktur jaringan internet dengan bandwidth yang cukup besar dan jangkauan luas, pengembangan sektor-sektor basis berbasis ICT dikaitkan dengan kreatifitas, penyediaan jaringan internet melalui jaringan nirkabel (WiFi) di ruang publik dan pelayanan yang didukung ICT dan lainnya.
Tak hanya itu, menurutnya juga perlu dilakukan penyusunan masterplan smart city dengan road map yang berisi program yang selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Disamping itu, perlu pembentukan institusi khusus yang menangani smart city di kabupaten, propinsi, nasional, dan berbagai sektor.
”Upaya pencapaian smart city perlu didukung oleh smart community menuju ke society 5.0 dengan pencapaian smart economy dan smart branding untuk memperkuat Industry 4.0,” sebutnya.
Sebelum penyampaian orasi ilmiah, dalam rapat senat terbuka peringatan Disen Natalis ke-57 Fakultas Geografi UGM turut disampaikan Laporan Dekan tahun 2020. Dalam laporannya Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr. rer. nat. Muh Aris Marfai, S.Si., M.Sc., menyampaikan pencapaian fakultas dalam waktu satu tahun terakhir meliputi bidang akademik dan kemahasiswaan, penelitian dan publikasi, pengabdian masyarakat, SDM dan asset, kerja sama dan lainnya.
Penulis: Ika